seputar – Jakarta | Politisi PDI Perjuangan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok bercerita terkait kedekatannya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ahok juga bercerita pernah diajak untuk meninggalkan Jokowi pada Pemilu 2019 yang lalu.
“Saya tidak etis menyebutkan teman. 2019 ketika adik perempuan saya yang kandung meminta saya mendukung pak Prabowo meninggalkan pak Jokowi, ya istilahnya bagi dia meninggalkan saya masuk ke tahanan, padahal polisi jaksa di tangan kuasa beliau. Para Ahokers datang pada saya mau meninggalkan pak Jokowi, saya tulis secara kertas. ‘A firend is alwaysloyal’,” kata Ahok di rumah aspirasi relawan Ganjar-Mahfud, Jakarta Pusat, Minggu (4/2/2024).
Ahok menegaskan, loyal tersebut bukanlah kepada terhadap Jokowi sebagai pribadi, melainkan loyal kepada perjuangan. Ahok saat itu tidak rela jika harus berpaling dari Jokowi meski menerima ajakan dari berbagai pihak.
“Artinya apa? bukan loyal pada individu tapi loyal pada perjuangan. Bagaimana mungkin kita membiarkan pak Jokowi dia mau lanjutkan periode ke-2, menyerahkan pada pak Prabowo untuk memimpin. Maka saya tidak rela,” ujarnya.
“Saya bilang pada Ahokers semua udah datang ke tahanan. Adik saya bilang, ‘nanti kamu bisa dipenjara lagi dong kalau itu menang loh’. Kalau penguasa apa juga bisa. Emangnya pak Jokowi nggak bisa?, kalau pak Jokowi orang baik, kata dia. Kalau dia menang pun nggak mungkin penjarakan kamu, kan teman. ‘Lagi pula teman aja biarkan kamu masuk penjara kok, dia bilang’. Dia sampai segitunya ke saya,” kata dia.
Ahok mengatakan, banyak orang meminta dirinya untuk menerapkan prinsip ‘a friend is always loyal’ pada Pilpres 2024. Mereka meminta dirinya untuk mengikuti arah dukungan Jokowi. Hanya saja, Ahok kembali menegaskan, loyalitas yang dimaksud bukan kepada pribadi namun perjuangan.
“Makanya hari ini mereka tanya, ada yang telepon saya deh, teman-teman dekat juga, ‘kenapa kamu nggak menggunakan a friend is always loyal? friend mu kan sudah ke 02?. Saya bukan mengkultuskan pribadi orang. Hanya satu Tuhan yang boleh kita sembah. Hanya ada satu Allah kok. Nggak ada Tuhan lain, hanya satu. Bagi saya manusia bukan Tuhan,” tuturnya.
Ahok mengatakan dirinya menghormati Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan. Meski beda arah dukungan, lanjut Ahok, Megawati tidak pernah mengajaknya untuk menyerang pihak lain.
“Makannya saya sangat menghargai Ibu Mega. Beliau tidak pernah ngajak saya menyerang Pak Jokowi. Jangan Pak Jokowi nggak pernah. Karena dia tau temen. Saya bertanya sama Ibu Mega, ‘saya masih bisa ketemu Pak Jokowi nggak?. (Megawati menjawab)’ Ya bisa dong, kan temen’. Ini Ibu Mega loh,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Ahok mengatakan Megawati juga sempat melarangnya mundur dari Komut Pertamina. Hanya saja, lanjut Ahok, dirinya tidak mau menyesal dengan tidak memberikan dukungan kepada Ganjar-Mahfud di Pilpres 2024.
“Akhirnya saya bilang, ‘Ibu, kalau saya nggak mau berjuang untuk Pak Ganjar, Pak Mahfud sekarang, saya akan menyesal seluruh hidup saya. Ijinkan saya keluar untuk melawan. dan saya sudah bereskan Pertamina dengan track yang jelas. Dengan record yang jelas. Dengan RUPS, RKAP yang jelas, KPI yang jelas, Model yang jelas,” imbuhnya,” kata dia.
Ahok tak masalah dengan penilaian orang yang menyebut Ganjar akan kalah pada Pilpres 2024. Ahok yakin, dengan dukungannya Ganjar-Mahfud bisa memenangkan kontestasi politik tahun ini.
“Orang bilang gitu kan, ‘pasti kalah Ganjar, lu masih dukung dia?’. Saya punya perspektif berbeda. Kalau kalian mengatakan Ganjar pasti kalah, saya harus keluar dong untuk memenangkan dia. Ini sesuatu yang berbeda kan. Akhirnya bilang ibu, akhirnya Pak Hasto, saya suruh pak Hasto ngomong. Ini, saya yang mau, kalau saya keluar (Pertamina) mesti jadi miskin apapun, itu urusan saya sama tuhan,” pungkasnya. (detik)