seputar – Medan | Berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional 5 Sumbagut untuk kinerja industri asuransi selama pandemi tercatat menurun. Bila dilihat dari premi untuk jenis asuransi jiwa, asuransi jiwa syariah, asuransi umum dan asuransi umum syariah tercatat ada sebanyak Rp 12 triliun lebih pada tahun Desember 2019 namun terjadi penurunan hingga Rp 10 triliun pada Desember 2020 atau menurun hingga -16%.
“Orang yang pernah mampu dan menjadi miskin akan berusaha menjadi orang mampu kembali dan membeli asuransi,” kata Kabag Pengawasan Pasar Modal Kantor OJK Regional 5 Sumbagut, Risca Bernadetta dalam diskusi mengenai Tantangan dan Peluang Industri Asuransi Jiwa di 2021 secara virtual, Rabu (19/5/2021).
Risca melanjutkan begitu pula pada klaim asuransi juga mengalami penurunan hingga -12% tercatat pada Desember 2019 ada sebanyak Rp 9 triliun lebih namun pada Desember 2020 klaim asuransi menurun menjadi Rp 7 triliun lebih.
“Meski terjadi pandemi Covid-19 tapi prospek asuransi kesehatan dan jiwa masih tetap ada. Karena masyarakat masih ada yang membeli asuransi. Maka literasi mengenai asuransi harus terus digencarkan serta memanfaatkan informasi technology atau IT,” sebut Risca.
Selain harus meningkatkan literasi atau pengetahuan mengenai asuransi yang saat ini masih 19,4% saja, lanjut Risca, fitur IT mengenai asuransi juga masih banyak yang ribet sehingga masyarakat masih banyak yang malas membeli asuransi.
“Apalagi milenial kini menggunakan teknologi itu lebih pada cenderung konsumtif untuk media sosial seperti tik tok, whatsapp, facebook dan lainnya. Maka ini menjadi tantangan untuk perusahaan asuransi ke depannya,” imbuhnya.
Menanggapi tantangan yang tengah terjadi, PT AXA Mandiri Financial Services terus memaksimalkan pelayanan digitalisasi dalam memasarkan produk asuransi termasuk menyediakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan nasabah.
Direktur PT AXA Mandiri Financial Services, Rudi Nugraha menyatakan, banyak tantangan dunia asuransi pada masa pandemi ini bisa menjadi peluang untuk menambah nasabah. Salah satunya harus bisa memaksimalkan peluang digital guna mendapatkan peluang nasabah tersebut.
“Itu karena kondisi yang sudah berubah. Jadi kita memang harus mencari cara kreatif seiring memanfaatkan teknologi digital agar tetap mendapatkan peluang nasabah,” sebutnya.
Masih kata Rudi, PT AXA Mandiri Financial Services juga menyiapkan sejumlah produk asuransi baru menyasar segmen menengah ke bawah atau mikro dengan pertimbangan kondisi perekonomian saat ini.
“Kami harus melihat segmen mana yang masih mampu membayar. Jangan sampai kami menjual itu, segmennya salah, mereka tidak mampu bayar akhirnya mereka habis uang karena mampunya hanya bayar satu atau dua kali. Jadi AXA Mandiri banyak membuat segmentasi dari yang besar sampai yang murah dari Mandiri Mikro Sejahtera dari yang cuma 50 ribu kami ada. Jadi kami sesuaikan segmennya karena kondisi market,” ungkap Rudi.
Sesuai data imbuh Rudi Nugraha, Axa Mandiri pada 2020 mencatatkan kinerja klaim asuransi sebesar Rp4,8 triliun. Di antara klaim itu tercatat Rp15 miliar untuk klaim nasabah Covid 19. Untuk Sumut sendiri, jumlah polis AXA Mandiri mencapai 63 ribu lebih atau sekitar 6 persen dari total nasabah AXA Mandiri nasional. Di masa pandemi ini, jumlah jiwa di AXA Mandiri lebih tinggi dibanding dengan klaim kesehatan,” tukas Rudi.
Dalam kesempatan itu Pemerhati Ekonomi dari USU, Aryanti Sariartha Sianipar dalam diskusi tersebut kondisi ekonomi pada pandemi Covid-19 ini memang melemahkan ekonomi masyarakat sehingga membuat rakyat miskin bertambah. Akan tetapi ada juga pihak yang surplus di masa pandemi ini.
“Maka perusahaan asuransi sendiri bisa memasarkan segmentasi ke pihak yang surplus tadi. Meski banyak masyarakat yang trauma pada industri asuransi ini lantaran premi mereka gak belek seperti yang diharapkan. Nah itu juga menjadi tantangan bagi industri asuransi,” tutupnya. (Siong)