Medan, SeputarSumut – Pemandangan antusiasme yang tinggi terlihat dari puluhan ibu-ibu yang hadir di lokasi Bimbingan Teknis (Bimtek) BRIN. Mereka saling berebut untuk mengangkat tangan, bahkan ada yang berdiri, menawarkan diri untuk maju ke depan guna mempraktikkan pengolahan ubi menjadi pasta yang diajarkan langsung oleh narasumber dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, dr. Sofyan Tan, menjelaskan alasan di balik pemilihan tema Teknologi Pengolahan Ubi-Ubian di Medan, dengan menggandeng BRIN. Menurutnya, tujuan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat bahwa ubi tidak hanya sekadar digoreng atau diolah menjadi keripik. Ubi memiliki potensi besar untuk diolah menjadi tepung dan berbagai macam produk makanan lainnya.
Sofyan Tan menyampaikan bahwa potensi produksi ubi di Indonesia yang melimpah dapat dioptimalkan. Dengan inovasi pengolahan, komoditas ini dapat menghasilkan lebih banyak jenis produk yang pada akhirnya bisa menambah pemasukan bagi rumah tangga. Hal ini disampaikannya dalam kegiatan Bimtek BRIN kerja sama Komisi X DPR RI di Hotel Le Polonia, Medan, pada hari Kamis (16/10).
Masa lalu menyimpan kisah di mana orang tua, terutama remaja putri, sering menggunakan bedak dingin berwarna putih yang terbuat dari ubi untuk mendapatkan wajah yang terlihat kencang dan cantik. Sofyan Tan sangat menyayangkan bahwa pengetahuan tradisional ini tidak dilanjutkan dengan riset dan inovasi teknologi untuk mengembangkan ubi sebagai bahan kosmetik. “Akhirnya kita di sini hanya bisa impor, mengirim ubi ke Korea Selatan, di sana ubi diolah menjadi kosmetik dan kembali ke Indonesia dengan harga mencapai jutaan rupiah dalam bentuk skincare,” ungkapnya prihatin.
Oleh karena itu, harapan besar diletakkan pada kehadiran BRIN di Kota Medan. Sofyan Tan berharap lembaga tersebut dapat berbagi ilmu dan pengetahuan mengenai teknologi pengolahan ubi. Ilmu ini penting untuk memperkaya keterampilan para pelaku UMKM lokal dalam mengembangkan usaha yang berfokus pada bahan baku ubi.
“Saya berharap, sepulang dari bimtek ini, semua peserta sudah mampu membuat berbagai olahan dari ubi-ubian untuk dijual, baik ke pasar tradisional maupun melalui media sosial. Ini tentu akan menambah penghasilan keluarga, dan anak-anak pun tidak perlu lagi jajan di luar karena sudah tersedia jajanan ubi-ubian bergizi dari rumah,” tutup Sofyan Tan.
Banyak ragam dan jenis makanan yang sesungguhnya bisa diolah dari bahan dasar ubi-ubian. Peneliti Ahli Muda Kelompok Riset Optimasi dan Pemanfaatan Genetik Tanaman Pangan Lokal BRIN, Mariana Ondikeleuw S.Sos, M.Si, memaparkan bahwa bagian teknologi pangan BRIN telah meneliti dan mempraktikkan beberapa olahan dari ubi yang selama ini belum banyak dikenal masyarakat luas.
Mendengar tawaran untuk mempraktikkan langsung, puluhan ibu pun serentak menunjukkan antusiasme tinggi untuk berpartisipasi karena hal ini dianggap sebagai sesuatu yang baru bagi mereka. Mariana Ondikeleuw kemudian mengajak para peserta untuk maju ke depan. Para peserta diminta membantunya mengolah ubi-ubian menjadi berbagai produk, mulai dari tepung, pasta, kue klepon, hingga es krim.
Ibu-ibu yang berpartisipasi langsung membagi tim dengan cekatan untuk mengolah ubi yang sudah direbus dan dihaluskan menjadi tepung. Ada kelompok yang fokus membuat pasta, sementara yang lain mempraktikkan pembuatan klepon. Setelah sesi tersebut, giliran praktik pembuatan es krim dengan bahan dasar ubi ungu. Para peserta terlihat asyik dan sangat bahagia mendapatkan ilmu dan pengetahuan baru yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya.(Siong)