Medan, SeputarSumut – Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, dr. Sofyan Tan, menegaskan bahwa keterampilan adalah faktor paling krusial bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk bersaing dalam dinamika ekonomi. Penegasan ini disampaikan dalam kegiatan Bimbingan Teknis Pemasaran Produk UMKM, kolaborasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan Komisi X DPR RI, di Medan, Kamis (23/10).
Sofyan Tan berharap bimbingan teknis ini memberikan manfaat nyata bagi pelaku UMKM di Medan. “Semoga kegiatan ini membuka wawasan dan meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha kecil,” ujarnya.
Sofyan Tan menjelaskan bahwa menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, sebanyak 99 persen pengusaha di Indonesia berasal dari sektor UMKM. Dengan populasi 286 juta jiwa, Indonesia memiliki potensi pasar domestik yang sangat besar, menjadikan UMKM sebagai penopang utama perekonomian.
Namun, Sofyan Tan menilai, banyak pelaku UMKM yang masih menghadapi kendala di bidang kualitas produk dan kemampuan beradaptasi dengan pasar. “Masalah utama bukan lagi modal, tapi keterampilan. Keterampilan melihat peluang dan mengemas produk agar menarik pasar itu jauh lebih penting,” tegasnya.
Medan, lanjut Sofyan Tan, memiliki potensi besar karena keunikan budaya dan keragaman masyarakatnya, yang bisa dimanfaatkan untuk menciptakan pasar tersegmentasi. “Medan itu unik, karena merupakan perpaduan berbagai kultur. Ada kampung Mandailing, Melayu, Madras, Minang, hingga Tionghoa. Selera masyarakatnya pun beragam,” jelasnya.
Salah satu tantangan besar lainnya adalah tingkat pendidikan pelaku usaha kecil yang umumnya masih rendah, menyebabkan kesulitan dalam membangun jaringan yang lebih luas. “Sekitar 65 persen pengusaha kecil hanya tamat sekolah dasar. Bagaimana mereka bisa bersaing dengan yang berpendidikan tinggi? Karena itu penting bagi BRIN hadir membantu mereka memahami pasar,” ujarnya.
Ia mencontohkan pentingnya mengenali karakter konsumen. Jika target pasar adalah kalangan menengah ke atas, mereka umumnya peduli kesehatan. Oleh karena itu, produk yang ditawarkan harus berbahan organik, higienis, dan bergizi. “Karena ini tipe pelanggan yang takut mati, jadi sangat penting bagi mereka produk itu sehat dan higienis meskipun lebih mahal,” katanya.
Sementara itu, Analis Pemanfaatan IPTEK Ahli Pertama BRIN, Risa Atika Mas, turut menyoroti pentingnya pemahaman perilaku pelanggan untuk penyesuaian strategi pemasaran. Pelanggan pada dasarnya mencari produk yang murah, bagus, dan cepat. “Mungkin sulit memenuhi semuanya, tapi setidaknya harus mendekatinya,” tutur Risa.
Risa juga mengingatkan para pelaku usaha agar responsif terhadap perubahan tren. “Di Medan, dari informasi yang saya dapat, masyarakat cepat bosan dengan hal lama. Begitu ada yang baru, yang lama langsung ditinggalkan. Jadi pelaku usaha harus peka, apakah mau menyesuaikan produk dengan tren atau memperluas pasar ke daerah lain,” jelasnya.(Siong)