Minggu, Juni 15, 2025
Portal Media Online Berita Hari Ini
Iklan PT Indako Trading Coy
  • Beranda
  • Terbaru
  • Medan
  • Ekonomi
  • Ragam
  • Olahraga
  • Politik
  • Daerah
  • Nasional
  • Internasional
  • Hiburan
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Terbaru
  • Medan
  • Ekonomi
  • Ragam
  • Olahraga
  • Politik
  • Daerah
  • Nasional
  • Internasional
  • Hiburan
No Result
View All Result
Portal Media Online Berita Hari Ini
Beranda Ekonomi

Kencangkan ‘Ikat Pinggang’, Krisis 1997 Kembali Bayangi Asia

oleh Redaksi 15
Kamis, 6 Oktober 2022, 10:56 WIB
Share on WhatsappShare on FacebookShare on Twitter

seputar – Jakarta | Seperempat abad yang lalu, krisis keuangan besar melanda Asia dan mengguncang ekonominya. Kini, krisis yang terjadi pada 1997 tersebut disebut kembali menghantui kawasan tersebut.

Mata uang dan pasar saham di ekonomi terbesar Asia telah jatuh ke posisi terendah dalam beberapa dekade terakhir. Kondisi ini akibat kenaikan suku bunga yang agresif oleh bank sentral AS The Federal Reserves (The Fed).

Iklan PT Indako Trading Coy Iklan PT Indako Trading Coy Iklan PT Indako Trading Coy

Dalam sebuah laporan baru, sebuah badan PBB memperingatkan bahwa tindakan The Fed bersama bank sentral lainnya yang menaikkan suku bunga berisiko mendorong ekonomi global ke dalam resesi.

Tiongkok yang merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia harus melihat mata uangnya, yuan, jatuh 11 persen terhadap dolar AS. Ini menjadi kondisi terburuk sejak 1994.

Jepang, ekonomi terbesar ketiga di dunia, bernasib lebih buruk. Yen Jepang telah jatuh 26 persen tahun ini dan menjadi penurunan terbesar di antara semua mata uang Asia.

Konten berbayar dibawah ini adalah iklan platform MGID, SeputarSumut.com tidak terkait dengan pembuatan konten ini

Ketika tekanan kuat pada mata uang utama Asia berlanjut, beberapa analis keuangan khawatir bahwa jika situasinya tidak terkendali, maka dapat menyebabkan krisis keuangan di kawasan itu.

“Lingkungan dolar yang kuat telah menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana Asia akan terpengaruh dan apakah ini akan memicu krisis keuangan lain,” tulis Kepala Ekonom Asia Morgan Stanley Chetan Ahya, dikutip dari CNN Business, Kamis (6/10).

Pada musim panas 1997 lalu, krisis besar-besaran di Asia dipicu oleh devaluasi mata uang Thailand, baht. Ini mengirimkan gelombang kejut ke seluruh Asia, yang menyebabkan pelarian modal besar-besaran dan turbulensi pasar saham.

Kekacauan itu menyebabkan resesi mendalam di kawasan itu, membuat perusahaan bangkrut dan menggulingkan pemerintah.

Kini, pemerintah negara Asia turun tangan untuk mencegah terulangnya krisis 1997-1998.

Kementerian Keuangan Jepang mengungkapkan bahwa mereka menghabiskan hampir US$20 miliar pada September ini untuk memperlambat penurunan yen dalam intervensi pertama untuk menopang mata uang sejak 1998.

Bank sentral India juga menggunakan hampir US$75 miliar untuk meredakan gejolak dolar-rupee.

Sedangkan Tiongkok belum mengungkapkan angka apa pun. Namun, People’s Bank of China memperingatkan pedagang yuan pekan lalu bahwa mereka akan kehilangan uang dalam jangka panjang jika mereka bertaruh melawan mata uang.

Salah satu penyebab utama krisis 25 tahun yang lalu adalah gelembung harga aset yang diciptakan oleh arus masuk investasi yang besar ke beberapa negara Asia Tenggara pada awal 1990-an untuk mencari pengembalian cepat, atau dikenal sebagai “uang panas”.

BacaJuga

Harga Emas di Pegadaian Melonjak Lagi

Indosat Perkuat Jaringan Demi Permudah Komunikasi di Daerah Pariwisata

Neo Sport Café CB650R Terbaru, Makin Gagah dengan Teknologi Terkini

Harga Emas di Pegadaian Hari Ini Melonjak

Bank Mestika Gelar Edukasi Keuangan dan Salurkan CSR

Harga Emas Naik 1,2 Persen Setelah Israel Menyerang Iran

Nilai Tukar Rupiah Kamis Sore Menguat di LevelvRp16.242

Masih Lesu, Harga Tertinggi TBS Sawit di Sumut Stabil di Angka Rp 3.100/Kg

Selain itu, negara-negara ini memiliki utang luar negeri yang besar, tata kelola perusahaan yang lemah, dan nilai tukar tetap.

Ketika The Fed mulai menaikkan suku bunga pada pertengahan 1990-an untuk melawan inflasi di Amerika Serikat, dolar mulai naik, mengganggu ekspor negara-negara Asia yang telah mematok mata uang mereka ke greenback.

Saat ini, ketika dunia menuju resesi global, beberapa faktor yang sama muncul lagi, termasuk pengetatan Fed yang agresif untuk menahan inflasi.

“Lingkungan eksternal (untuk Asia) telah menjadi lebih menantang dalam konteks tantangan inflasi yang meluas dan laju pengetatan moneter yang hampir sinkron dan tajam,” kata analis Morgan Stanley.

Namun, analis menilai Asia saat ini memiliki fundamental makro yang lebih baik dibandingkan dengan pertengahan 1990-an.

“Yang penting, tidak ada penumpukan utang luar negeri yang sama dalam beberapa tahun terakhir, yang merupakan salah satu pemicu krisis keuangan Asia,” kata Kepala Penelitian Asia ANZ Research Khoon Goh.

Sementara Kepala Ekonom Asia S&P Global Ratings Louis Kuijs memperkirakan cadangan devisa tidak turun ke level yang sangat rendah dalam waktu dekat di pasar negara berkembang utama Asia.

Tiongkok dan Jepang memiliki dua cadangan devisa terbesar di dunia, masing-masing memegang US$3 triliun dan US$1,3 triliun. Jika digabung maka itu adalah sepertiga dari seluruh cadangan devisa dunia.

Selain itu, utang luar negeri dan utang sektor swasta di Asia saat ini tetap stabil, tidak seperti pertengahan 1990-an.

Kendati demikian, Asia diperkirakan masih akan dibayangi kesuraman ekonomi karena suku bunga AS diperkirakan naik lebih lanjut. Dolar AS kemungkinan juga akan naik lebih tinggi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi global.

Bank Dunia baru-baru ini memangkas perkiraan PDB untuk Asia menjadi 3,2 persen dari 5 persen tahun ini. Secara khusus Tiongkok telah melihat prospek PDB-nya turun menjadi 2,8 persen dari 5 persen.

Namun, analis memperkirakan kondisi akan membaik pada 2023.

“Ketahanan Asia dalam menghadapi badai global saat ini sebagian merupakan hasil reformasi yang didorong oleh krisis keuangan Asia,” kata Neumann dari HSBC.(CNN)

Konten berbayar dibawah ini adalah iklan platform MGID, SeputarSumut.com tidak terkait dengan pembuatan konten ini

BeritaPopuler

  • Perayaan sembahyang ulang tahun Dewa Zhang Tien She atau Dewa Guru Langit yang digelar pada 13 Juni 2025 berlangsung meriah di Vihara Setia Buddha Jalan Tirtosari No 73 D-E Kecamatan Medan Tembung.(SeputarSumut/Asiong)

    Meriah, Vihara Setia Buddha Rayakan Ulang Tahun Dewa Zhang Tien She

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Medan Akan Jadi Kota Global, Bobby Ingatkan ASN Jauhi Narkoba-Judi Online

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fahzren Preman Orang Utan Haven, Sambut Rombongan Sofyan Tan dan Bupati Deli Serdang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sofyan Tan: Soekarno Pernah Tegaskan Tak Biarkan Alam Dikeruk Sebelum Rakyat Berpendidikan Tinggi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 4 Pulau Aceh Diserobot, dr Sofyan Tan: Kekhawatiran Bung Karno Terbukti, Musuh Kita Bangsa Sendiri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Portal Media Online Berita Hari Ini

SeputarSumut.com berita terkini Sumatra Utara info Medan, ekonomi, ragam, olahraga, politik, daerah, nasional, internasional, hiburan.

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Hubungi Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pernyataan Penyangkalan
  • Syarat dan Ketentuan Layanan
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Terbaru
  • Medan
  • Ekonomi
  • Ragam
  • Olahraga
  • Politik
  • Daerah
  • Nasional
  • Internasional
  • Hiburan

@ 2020 SeputarSumut.com