Jakarta PT Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan bursa terbesar di Asia Tenggara dengan nilai kapitalisasi pasar saat ini mencapai Rp13.4 triliun setara dengan USD 800 miliar.
“Selamat datang di bursa efek terbesar di Asia Tenggara. Rata-rata transaksi BEI Rp13,4 triliun, setara dengan USD 800 milliar. Dengan nilai kapitalisasi yang besar BEI cukup diperhitungkan di kancah global,” kata Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik kepada wartawan dari lima provinsi (Aceh, Sumut, Sumbar, Riau dan Kepri) dalam rangkaian Media Gathering OJK Se Wilayah Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) di Jakarta 4-6 Agustus 2025, Kamis (05/08/2025).
Kegiatan yang digelar Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatera Utara turut dihadiri Kepala OJK Sumut Khoirul Muttaqien yang juga selaku Koordinator Wilayah OJK Sumbagut dan empat Kepala OJK lainnya.
Dengan nilai kapitalisasi ini lanjut Jeffrey, BEI merupakan terbesar di ASEAN dan menduduki urutan ke 20 di dunia.
Ia menambahkan saat ini BEI sudah bertransformasi menjadi multi aset yang tak hanya memperdagangkan saham.
“Atas suport OJK, kita sudah punya produk equity waran terstruktur, kita juga punya produk derivatif Single Stock Futures (SSF), short selling dan sebentar lagi satu hingga dua minggu ke depan akan ada Liquidity Provider untuk saham,”ungkap Jeffrey.
Jeffrey menambahkan saat ini investor mencapai 17,5 juta. Perkembangan investor cukup besar terlihat dari banyaknya tambahan investor. Tahun 2024, target rata-rata tambah 2 juta investor, terealisasi 2,7 juta. Sampai Juni tahun ini, jumlah investor 15 persen ada di Sumatera dan sisanya 85 persen berada di Pulau Jawa.
Selain itu sejak September 2023 BEI sudah jadi Perdagangan Bursa Karbon.
“Sejak masa covid-19 tahun 2020 sampai tahun ini, jumlah investor yang aktif sudah meningkat. Sejak masa Covid-19 pula, milenial mendominasi investor saham,” tuturJeffrey.
“Untuk menambah investor perlu ada kebijakan pelindungan investor paling terdepan dengan literasi untuk kebaikan diri investor. Jika masyarakat terliterasi dengan baik maka bisa melindungi diri sendiri,” terang Jeffrey.
Dalam penjelasannya Jeffrey menjelaskan, total perusahaan tercatat saham sampai Juli 2025 mencapai 954 emiten, setiap tahun tambah lebih 50 emiten yang membuat BEI terbesar kedua setelah Malaysia dari sisi Emiten. Pada 25 juli 2025. ada 22 perusahaan tercatat.
“Jadi harapannya jumlah perusahaan tercatat terus bertambah,” terangnya.
Ia berharap media perlu memberikan informasi baik ke masyarakat, sejalan dengan perkembangan Bursa Efek di Sumatera berjalan dengan baik. Karena selama ini banyak info yang tak benar. Literasi pasar modal saat ini masih 17,78 persen.
BEI juga tahun lalu meluncurkan ‘Aku Investor Saham”, merupakan salah satu upaya mempermudah sekaligus meningkatkan literasi para modal.
Kepala OJK Provinsi Sumut Khoirul Muttaqien yang memimpin media gathering ini mengatakan perkembangan Bursa Efek Indonesia luar biasa, terlihat dari banyaknya produk baru, termasuk bursa karbon. Kalau mau investasi ke pasar modal, mau saham, mau reksadana dan banyak produknya.
“Kami harap wartawan dapat kerja sama dengan kita untuk pendalaman pasar,” tutup Muttaqien.(Siong)