seputar – Jakarta | Geng kriminal menyerang penjara utama di ibu Kota Haiti, Port-au-Prince. Imbas serangan itu, belasan orang dilaporkan tewas dan memicu ribuan narapidana kabur.
“Kami menghitung banyak jenazah tahanan,” kata Jaringan Nasional untuk Pertahanan Hak Asasi Manusia, Pierre Esperance dilansir AFP, Senin (4/3/2024).
Pierre Esperance menambahkan bahwa hanya sekitar 100 orang dari perkiraan 3.800 narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Nasional yang masih berada di dalam tahanan setelah serangan geng pada Sabtu malam.
Haiti telah dilanda kemiskinan selama beberapa dekade akibat kemiskinan, kekerasan, ketidakstabilan politik, dan bencana alam yang berulang, namun negara ini semakin terjerumus ke dalam kekacauan dengan pembunuhan presiden Jovenel Moise pada tahun 2021.
Geng-geng kuat dan bersenjata lengkap merajalela dan menguasai sebagian besar Port-au-Prince.
Seorang reporter AFP yang mengunjungi penjara utama pada hari Minggu mengamati sekitar belasan mayat di luar penjara. Beberapa mengalami luka akibat peluru atau proyektil lainnya.
Reporter itu memasuki penjara itu sendiri — gerbangnya terbuka — dan melihat “hampir tidak ada orang” yang tersisa di dalam.
Dalam sebuah pernyataan, pemerintah Haiti mengatakan polisi berusaha menghalau serangan geng terhadap penjara itu dan fasilitas lain yang disebut Croix des Bouquets.
Dikatakan bahwa serangan-serangan ini menyebabkan “beberapa orang terluka” di antaranya staf penjara dan narapidana. Esperance mengatakan belum jelas berapa banyak narapidana yang melarikan diri dari penjara kedua.
Diketahui, geng-geng yang bertujuan menggulingkan Perdana Menteri Ariel Henry telah menimbulkan kekacauan di Port-au-Prince sejak Kamis.
Henry berada di Kenya pada hari Jumat untuk mencoba menggalang dukungan bagi misi dukungan polisi internasional, yang telah disetujui untuk dipimpin oleh Nairobi. (Detik)