Jakarta – Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menyoroti masalah harga beras yang masih berada di atas harga eceran tertinggi (HET) di berbagai daerah. Plt Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendagri Tomsi Tohir menilai harga beras mestinya dapat dikendalikan mengingat rata-rata harga gabah relatif turun.
Tomsi mengatakan data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan secara nasional rerata harga beras medium dan premium pada minggu kedua Januari 2025 di atas HET. Secara umum, harga beras hingga minggu kedua Januari 2025 naik sebesar 0,10% dibanding Desember 2024.
“Ini yang perlu kita cermati. Kalau harga gabahnya di petani turun, tentunya harga berasnya juga turun,” ujar Tomsi dalam keterangannya, Senin (13/1/2025).
Tomsi menekankan pentingnya mengendalikan harga komoditas termasuk beras yang masih di atas HET. Upaya ini, kata dia, memerlukan kerja sama lintas pihak terkait. Kerja sama tersebut, lanjut Tomsi, perlu melibatkan Bulog yang merupakan stabilisator harga komoditas seperti beras. Karena itu, dirinya mendorong Bulog untuk memberikan atensi terhadap harga beras di sejumlah daerah yang masih tinggi.
“Di daerah-daerah yang harganya tinggi ini, Bu, kami mohon untuk Bulog fokus mendorong lebih besar SPHP-nya (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) sehingga harganya turun,” jelasnya.
Dari pantauan detikcom di portal harga pangan Badan Pangan Nasional, harga beras premium rata-rata sebesar Rp 15.560 per kilogram (kg). Dengan harga tertinggi mencapai Rp 25.000 per kg di Papua Pegunungan dan terendah di DI Yogyakarta dengan harga mencapai Rp 14.000 per kg.
Kemudian, untuk beras medium harga rata-ratanya mencapai Rp 13.600 per kg. Harga tertinggi mencapai Rp 17.300 per kg di Papua Tengah dan terendah di Kalimantan Selatan dengan harga Rp 12.150 per kg. (CNN)