seputar – Jakarta | Harta taipan Prajogo Pangestu terus melesat. Berdasarkan data dari Forbes Realtime Billionaires Kamis (4/1), kekayaan Prajogo tembus US$55,4 miliar.
Kalau dirupiahkan dengan kurs Rp15.518 per dolar AS, kekayaan itu tembus Rp859,6 triliun. Kekayaan ini melesat Rp128,8 triliun jika dibandingkan dengan 4 Desember lalu yang masih US$47,1 miliar.
Kekayaan itu juga membuatnya menjadi orang terkaya di Indonesia dan nomor 24 dunia saat ini. Harta Prajogo jauh berada di atas Low Tuck Kwong yang berada di peringkat 58 orang terkaya dunia dengan kekayaan US$27,7 miliar.
Kekayaan itu juga berada jauh di atas duo Hartono. Pasalnya, Robert Budi Hartono yang berada di posisi 62 orang terkaya dunia hanya memiliki kekayaan US$26,1 miliar. Sementara itu Michael Budi Hartono yang menempati posisi orang terkaya dunia nomor 67 hanya memiliki kekayaan US$25 miliar.
Nama Prajogo Pangestu tengah naik daun belakangan ini. Selain karena geliat usahanya di sektor petrokimia dan energi dan kekayaannya, Prajogo tergabung dalam konsorsium nusantara pimpinan Bos Agung Sedayu Group Sugianto Kusuma alias Aguan yang berinvestasi di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Presiden Joko Widodo bahkan sampai berterima kasih untuk investasi Rp20 triliun dari Prajogo Cs. Menurutnya, kucuran duit dari para miliarder tanah air membuka mata banyak orang bahwa investasi di IKN memang cuan.
“Pak Aguan (Bos Agung Sedayu Group Sugianto Kusuma), Pak Franky (Bos Sinarmas Group Franky Wijaya), Pak Prajogo (Bos Barito Pacific Prajogo Pangestu), Pak Eka Tjandranegara (Bos Mulia Group), Pak Pui (Bos Pulauintan Pui Sudarto), Pak Boy Thohir (Bos Adaro), Pak Kuncoro Wibowo (Bos Kawan Lama Group), Pak Djoko Susanto (Bos Alfamart Group), dan yang lain yang tidak bisa saya sebut satu per satu,” sapa Jokowi saat groundbreaking Hotel Nusantara di wilayah IKN Nusantara, Kamis (21/9).
Terlepas dari pundi-pundi hartanya, Prajogo pernah berkasus dalam dugaan korupsi dana reboisasi di Sumatera Selatan senilai Rp331 miliar.
Bahkan, Prajogo sempat berstatus tersangka dalam pusaran korupsi proyek hutan tanam industri (HTI) tersebut. Namun, ia bebas usai kasusnya di-surat perintah penghentian penyidikan (SP3) oleh Kejagung.
Hotel Mewah di Shanghai
Sementara itu, Taipan Sukanto Tanoto melalui perusahaannya Pacific Eagle Real Estate membeli sebuah hotel mewah di Shanghai dari pengembang Tiongkok yang sedang mengalami krisis keuangan, Dalian Wanda Group.
Tidak diketahui berapa harga yang harus ia bayarkan untuk membeli hotel itu. Namun situs real estate Mingtiandi melaporkan bahwa Pacific Eagle bisa membayar sebanyak 1,7 miliar yuan (US$240 juta atau sekitar Rp3,73 triliun) untuk Wanda Reign on the Bund, sebuah hotel mewah dengan 193 kamar di distrik tepi laut Bund yang bersejarah di Shanghai.
“Sebagai investor jangka panjang, Pacific Eagle Real Estate mengakuisisi Shanghai Wanda Reign di hotel Bund untuk pelestarian modal,” kata juru bicara Pacific Eagle melalui email seperti dikutip dari Forbes.
Ia menambahkan Wanda Reign akan menjadi hotel investasi kedua Pacific Eagle setelah Mondrian Duxton Singapore dengan 304 kamar, yang dibuka Juli lalu.
Pacific Eagle-bagian dari grup perusahaan Royal Golden Eagle (RGE) milik keluarga Tanoto-telah membuat terobosan di pasar real estate Singapura dalam beberapa tahun terakhir.
Pada 2022, perusahaan membeli Pusat Perbelanjaan Tanglin di kawasan perbelanjaan Orchard Road Singapura seharga S$868 juta ($645 juta). Rencana untuk membangun kembali properti tersebut belum diselesaikan.
Selain investasi properti di Singapura, Pacific Eagle, bekerja sama dengan China Resources Capital, juga membangun Pacific Eagle Center, gedung perkantoran 21 lantai di Beijing.
Perusahaan juga sedang mengembangkan Prospect Park, sebuah kawasan bisnis yang terdiri dari 19 blok perkantoran di ibu kota China, dan pengembangan perumahan di Kota Rizhao di provinsi Shandong tenggara China. Di luar Asia, Pacific Eagle memiliki properti komersial di London dan Munich.
Selain terjun ke bidang real estat, Tanoto juga merambah ke bisnis pembuatan tisu.
Bulan lalu, RGE menawarkan untuk membeli Vinda International Holdings, pembuat tisu terbesar di Tiongkok, seharga HK$26 miliar (US$3,3 miliar).
Kesepakatan ini terjadi setelah akuisisi OL Papeis Brasil oleh unit RGE Bracel pada Januari 2023. Grup ini menginvestasikan US$500 juta untuk membangun fasilitas kertas tisu dan pulp di Brasil. (CNN)