seputar-Medan | Berdasarkan pemantauan per Juni 2023, Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) mencatat Bank Umum yang berkantor pusat di Sumatera Utara, yang terdiri dari Bank Sumut dan Bank Mestika Dharma, memperlihatkan peningkatan kinerja intermediasi, tercermin dari pertumbuhan positif penghimpunan DPK sebesar 1,02% yoy dan penyaluran kredit sebesar 6,64% secara yoy.
“Masyarakat Sumatera Utara patut berbangga pasalnya ada dua perbankan berkantor pusat di wilayah ini yaitu: Bank Mestika Dharma dan Bank Sumut. Bank Mestika Dharma itu salahsatu emiten yang sudah cukup lama, cukup stabil baik dari sisi fundamental maupun harga sahamnya,”kata Kepala OJK Sumut Khoirul Muttaqien pada kegiatan Brunch with Media di Medan, Kamis (15/08/2024).
Khoirul Muttaqien menjelaskan, sektor perbankan di Sumatera Utara menunjukkan stabilitas yang konsisten dengan modal yang kokoh dan likuiditas yang memadai, dengan peran intermediasi yang sedikit terbatas namun mulai menunjukkan peningkatan.
“Ketersediaan dana yang cukup dalam sektor perbankan dengan pusat operasi di Sumatera Utara pada bulan Juni 2024 menunjukkan tingkat likuiditas yang terjaga,”kata pria yang lahir dan besar di Solo ini.
Rasio antara Alat Likuid dan Deposito Non-Core (AL/NCD) serta Alat Likuid dan Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) meningkat masing-masing menjadi 91,14 persen dan 19,21 persen, jauh melampaui ambang batas yang ditentukan sebesar 50 persen dan 10 persen.
“Hal ini menandakan tingkat kesiapan yang sangat baik untuk mengatasi kebutuhan transaksi masyarakat di Sumatera Utara,”ungkap Khoirul Muttaqien.
Ketahanan modal sebut beliau, juga tetap solid, terlihat dari rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) bank umum dan BPR/BPRS yang berada dalam level yang kuat yaitu 29,25 persen dan 26,77 persen. Situasi ini mengindikasikan bahwa jumlah modal perbankan masih mencukupi dalam menghadapi risiko potensial.
Kualitas kredit sektor jasa keuangan tetap terjaga pada tingkat yang aman, dengan rasio non performing loan (NPL) gross perbankan sebesar 2,03 persen, non performing financing (NPF) perusahaan pembiayaan sebesar 2,41 persen, NPF perusahaan modal ventura sebesar 8,80 persen, disebabkan oleh karakter investasi perusahaan yang menjadi debitur memang berisiko tinggi.
Dari sisi pembiayaan digital, tingkat wanprestasi 90 hari, yaitu tingkat kelalaian penyelesaian kewajiban yang tertera dalam perjanjian di atas 90 hari, perusahaan fintech P2P lending berada dalam level yang aman yaitu 1,72 persen.
Dari sisi pertumbuhan, sektor perbankan Sumatera Utara pada Juni 2024 kembali mencatatkan pertumbuhan yang positif. Total aset tercatat sebesar Rp347,87 Triliun dengan pertumbuhan sebesar 6,47% yoy. Penghimpunan dana pihak ketiga juga bertumbuh sebesar 7,04% yoy menjadi Rp324,23 Triliun.
Sementara itu, penyaluran kredit/pembiayaan oleh bank yang berlokasi di Sumatera Utara tercatat sebesar Rp268 triliun dengan pertumbuhan yang relatif baik sebesar 8,22% yoy, tertinggi selama selama tahun 2024. Adapun struktur kredit terdiri dari 69,51% kredit produktif dan 30,49% kredit konsumtif.
Di samping itu, kredit produktif di Sumatera Utara juga mengalami pertumbuhan yang signifikan, didukung oleh sektor industri pengolahan yang menjadi sumber pertumbuhan terbesar. Pada Juni 2024, sektor ini mencatatkan outstanding kredit sebesar Rp55,71 triliun, tumbuh 13,11% yoy.
Pertumbuhan ini terutama didorong oleh industri pengolahan minyak goreng dari kelapa sawit, yang merupakan subsektor utama dan memiliki kontribusi besar dalam meningkatkan nilai tambah ekonomi daerah. Selain sektor industri pengolahan, sektor-sektor lain yang terkait dengan pariwisata juga menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit di Sumatera Utara.
Selanjutnya, sektor real estate, yang sebagian besar terdiri dari kredit untuk pembangunan pusat perbelanjaan atau mal, mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp7,33 triliun dengan pertumbuhan 51,45% yoy. Di sektor transportasi, penyaluran kredit mencapai Rp5,00 triliun dengan pertumbuhan sebesar 27,77% yoy.
Selain itu, sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan hiburan juga menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dengan penyaluran kredit Rp4,46 triliun dengan pertumbuhan 26,67% yoy.
Dari sisi kredit konsumtif, pertumbuhan didorong oleh kredit multiguna, yang pada Juni 2024 tercatat sebesar Rp46,31 triliun, bertumbuh 13,73% yoy. Kredit multiguna menjadi sumber pertumbuhan terbesar dalam sektor konsumtif, diikuti dengan kredit untuk rumah tinggal dengan nilai Rp22,45 triliun dan pertumbuhan sebesar 10,68% yoy.
“Pertumbuhan ini menunjukkan adanya permintaan yang stabil dari konsumen, yang sekaligus mencerminkan peningkatan daya beli masyarakat Sumatera Utara,”Khoirul Muttaqien.
Sebagaimana kinerja yang baik dari bank umum daerah, lanjut Khoirul, BPR/BPRS di Sumut juga memperlihatkan peningkatan kinerja yang baik, khususnya dalam kontribusinya menyalurkan kredit. Per Juni 2024, penghimpunan DPK bertumbuh 8,11% yoy, dan penyaluran kredit/pembiayaan dapat didorong bertumbuh double digit sebesar 9,32% yoy.
Khoirul Muttaqien menjelaskan, salah satu upaya yang OJK lakukan dalam memperkuat posisi BPR/BPRS adalah dengan mendorong proses merger, konsolidasi, dan akuisisi. Hingga saat ini, terdapat 51 bank dari yang sebelumnya 60 bank pada Desember 2020.
“Tujuannya adalah untuk memperkuat layanan, permodalan dan infrastruktur, serta mendukung upaya program pemerintah dalam rangka konsolidasi,”tutup Khoirul Muttaqien.(Siong)