seputar – Jakarta | Boeing terlihat begitu tangguh sebelum pesawat andalannya 737 Max jatuh di dua negara, Indonesia dan Ethiopia. Sejak itu, Boeing mengalami krisis tak berkesudahan.
Mengutip detikfinance, Jumat (18/10/2024), kas Boeing menipis setelah mengalami kerugian finansial yang sangat besar akibat masalah operasional dan keselamatan selama bertahun-tahun. Masalah membesar dengan staf yang mogok kerja.
Kini, mereka beralih ke bank-bank besar dan Wall Street untuk mengumpulkan uang tunai puluhan miliar dolar.
Dalam sebuah pengajuan, perusahaan aviasi raksasa itu mengumumkan rencana untuk meminjam USD 10 miliar dari sebuah konsorsium bank. Perusahaan itu juga mengumumkan rencana untuk mengumpulkan dana sebesar USD 25 miliar dengan menjual saham dan utang.
Utang perusahaan itu melonjak dalam enam tahun terakhir karena Boeing melaporkan kerugian operasional inti lebih dari USD 33 miliar.
Produksi pesawat komersialnya nyaris terhenti akibat pemogokan selama sebulan yang dilakukan oleh 33.000 anggota Asosiasi Masinis Internasional.
Pembicaraan antara Boeing dan IAM terhenti minggu lalu tanpa adanya rencana negosiasi baru. Pada Jumat, CEO baru Boeing, Kelly Ortberg, mengumumkan rencana untuk memangkas 10% dari 171.000 karyawannya di seluruh dunia.
Peringkat kredit Boeing telah jatuh ke tingkat investment-grade terendah atau sedikit di atas status “obligasi sampah”. Dan, lembaga-lembaga pemeringkat kredit utama telah memperingatkan bahwa Boeing terancam diturunkan peringkatnya menjadi sampah.
Itu akan meningkatkan biaya pinjamannya. Utang jangka panjang Boeing telah naik menjadi USD 53 miliar pada akhir Juni dari USD 10,7 miliar pada akhir Maret 2019, ketika kecelakaan fatal kedua pada 737 Max menyebabkan pesawat tersebut dikandangkan selama 20 bulan, yang merupakan pesawat terlaris perusahaan.
Selama enam tahun terakhir, Boeing telah dihantam masalah demi masalah, mulai dari yang memalukan hingga tragis.
Dua kecelakaan 737 Max menewaskan 346 orang, sebuah tragedi di mana perusahaan ini telah setuju untuk mengaku bersalah karena menipu Administrasi Penerbangan Federal selama proses sertifikasi pesawat.
Seorang hakim federal sedang mempertimbangkan apakah akan menerima kesepakatan pengakuan bersalah yang mencakup denda hingga USD 487 juta dan mengharuskan perusahaan untuk beroperasi di bawah pengawasan pengawas yang ditunjuk oleh pengadilan.
Pengacara keluarga korban kecelakaan berargumen di pengadilan bahwa hukuman tersebut tidak cukup berat. (detikfinance)