Medan – Direktur PT Agincourt Resources (PTAR), Noviandri mengatakan, sepanjang tahun 2024, PTAR mencatat pencapaian yang menggembirakan. Dari sisi operasional, PTAR berhasil menjual 214.395 ounce granule emas dan 1.361.775 ounce granule perak murni.
“Penjualan emas pada 2024 meningkat 37% dibandingkan dengan tahun sebelumnya,”kata Noviandri pada kegiatan Media Brief Buka Puasa Bersama Wartawan bertajuk “Menjalin Harmoni untuk Masa Depan Berkelanjutan” di Hotel Adi Mulia Medan, Kamis 06 Maret 2025.
Noviandri menjelaskan, PTAR adalah perusahaan pertambangan emas dan perak yang mengelola Tambang Emas Martabe di Tapanuli Selatan, Sumatra Utara. Tambang ini mulai beroperasi sejak tahun 2012 dan dikenal sebagai salah satu tambang emas dengan biaya operasional rendah serta standar keberlanjutan yang tinggi.
“PTAR berkomitmen tidak hanya pada keunggulan operasional, tetapi juga pada prinsip keberlanjutan dan tanggung jawab sosial,”sebut Noviandri.
Dikatakannya dengan menerapkan teknologi modern dan praktik terbaik di industri, PTAR berupaya memaksimalkan manfaat bagi pemangku kepentingan, termasuk masyarakat sekitar dan lingkungan.
PTAR juga menjalankan pembangunan jangka panjang melalui Martabe Tahap 2 untuk memperpanjang umur tambang. Beberapa perkembangan positif telah terjadi, seperti beroperasinya Filtration Plant (dry tailing), South Dump, dan Alternative Tailing Facility 1.
Kemudian PTAR juga terus melanjutkan pembuatan dewatering system di Tailings Management Facility (TMF), yang ditargetkan beroperasi pada kuartal II tahun 2026.
Selain itu komitmen terhadap lingkungan juga terus diperkuat PTAR. Salah satu target utamanya adalah mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 30% dari tahun 2019 hingga 2030.
“Untuk mencapainya, PTAR telah memasang solar PV berkapasitas 2,1 MWp, menggunakan biofuel B35, memanfaatkan energi terbarukan dari PLN, serta mengoperasikan alat-alat hybrid,”ungkap Noviandri.
Selanjutnya dalam aspek reklamasi dan konservasi, sepanjang 2024 PTAR telah menebar 21.095 seed ball dan menanam 29.183 benih pohon di berbagai area konservasi dan reklamasi.
Luas reklamasi yang telah tercapai adalah 11,96 hektar sesuai dengan rencana yang diajukan ke Kementerian ESDM.
Selain itu, PTAR menetapkan 100 hektar bekas TMF East sebagai kawasan konservasi.
Lalu di bidang Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM), PTAR tetap memprioritaskan pembangunan di 15 desa sekitar tambang dengan anggaran sebesar USD 2,7 juta pada 2024.
Menurutnya, program ini telah memberikan manfaat bagi lebih dari 32.696 individu. Selain itu, PTAR terus membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar, dengan 76% dari total karyawan dan kontraktor PTAR merupakan tenaga kerja lokal.
“Dari sisi kesetaraan gender, 24% atau 254 dari 1.042 karyawan PTAR adalah perempuan,”ujar Noviandri.
Dalam kesempatan itu Mahmud Subagya, Manager Environmental PTAR menyatakan, melindungi keanekaragaman hayati merupakan fokus utama dari upaya pengelolaan lingkungan PTAR selaras dengan praktik-praktik terbaik di industri dan meminimalkan risiko terhadap perusahaan dari isu-isu terkait keanekaragaman hayati.
Kemudian PTAR memastikan bahwa dampak terhadap keanekaragaman hayati yang terkait dengan kegiatan perusahaan dapat diminimalkan melalui penerapan praktik-praktik terdepan di industri secara konsisten dalam pengelolaan keanekaragaman hayati dalam tahap pengembangan, operasi, dan penutupan proyek.
Selain itu, PTAR menyetujui dan memberikan pengawasan serta dukungan terhadap rencana aksi tahunan untuk mendukung peningkatan berkelanjutan dalam pengelolaan keanekaragaman hayati di Tambang Emas Martabe.
“Perusahaan menyadari adanya dampak negatif terhadap aspek keanekaragaman hayati dari kegiatan operasional yang dijalankan. Namun demikian, Perusahaan secara berkala melakukan pengelolaan dampak terhadap keanekaragaman hayati yang terkait dengan pengoperasian Tambang Emas Martabe didasarkan pada hierarki mitigasi dan diselaraskan dengan praktik unggulan industri,”papar Mahmud Subagya
Dikatakannya, upaya kolaboratif dalam konservasi keanekaragaman hayati adalaah bekerja sama dengan Yayasan Scorpion Indonesia dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) untuk terus membantu upaya perlindungan dan konservasi di Tapanuli Selatan, termasuk membantu penyelamatan burung yang dilindungi seperti Red Lories (Eos bornea), burung berparuh besar (Buceros sp.) dan Elang (Nisaetus cirrhatus).(Siong)