Jakarta-Pakaian olahraga Nike dan Adidas bisnisnya terancam kebijakan tarif yang dikeluarkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Hal ini karena Nike dan Adidas sangat bergantung pada Vietnam untuk produksi barang mereka.
Pasalnya, Vietnam merupakan negara yang neraca dagangnya surplus dengan AS yaitu US$ 123,5 miliar dan menjadi target utama penetapan tarif AS.
Nike menjadi salah satu merek pakaian olahraga yang sangat bergantung pada Vietnam, di mana 50% alas kaki dan 28% pakaiannya diproduksi di Vietnam. Saingannya, Adidas mengandalkan Vietnam untuk 39% alas kakinya dan 18% pakaiannya.
“Jika tarif diperpanjang di sana, maka Nike punya masalah,” kata analis Morningstar, David Swartz dikutip dari Reuters, Rabu (2/4/2025).
Trump diprediksi akan mengumumkan negara dan produk mana yang akan menjadi targetnya dengan putaran tarif baru yang bertujuan untuk mendorong produksi dalam negeri dan membujuk negara lain untuk membeli lebih banyak barang AS.
Tarif bea masuk AS rata-rata untuk alas kaki dari Vietnam adalah 13,6%, sedangkan tarif bea masuk untuk pakaian adalah 18,8%. Hal itu berdasarkan data perdagangan Januari 2025 yang dibuat oleh Sheng Lu, profesor studi mode dan pakaian di Universitas Delaware.
Nike dan Adidas tidak sendirian. Vietnam telah menjadi pusat sepatu lari berteknologi tinggi hingga pakaian olahraga karena merek-merek telah berupaya mengurangi eksposur ke China.
Lululemon, Columbia Sportswear dan Amer Sports yang memiliki Salomon dan Arc’Teryx menganggap Vietnam sebagai negara manufaktur teratas mereka. Dengan adanya kebijakan ini, pendapatan Nike diperkirakan akan terus turun pada kuartal-kuartal berikutnya.(detik)