Medan – Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Sumatera Utara (OJK Sumut) mendukung penuh program prioritas pembangunan yang dicanangkan oleh Gubernur Sumatera Utara (Gubsu), Muhammad Bobby Afif Nasution, dalam upaya memperkuat pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
“Ke depan, sinergi antara pemerintah dan sektor jasa keuangan perlu terus diperkuat guna memastikan stabilitas dan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi di daerah,” kata Kepala OJK Sumut Khoirul Muttaqien saat
kegiatan media update dirangkai buka puasa bersama Forkom IJK Sumut beserta Media Partner OJK Provinsi di Gedung Menara Bank Mandiri, Selasa 11 Maret 2025.
Khoirul Muttaqien menyatakan,
OJK telah menyusun berbagai program strategis untuk memastikan sektor keuangan berperan aktif dalam menyukseskan agenda pembangunan tersebut.
Dukungan ini kata dia, diwujudkan melalui peningkatan akses pembiayaan bagi UMKM, mendorong literasi dan inklusi keuangan di sektor pertanian dan pangan, serta memperkuat sinergi antara lembaga keuangan dengan proyek infrastruktur dan digitalisasi ekonomi.
Selain itu, OJK juga berkomitmen untuk memperluas cakupan layanan keuangan yang mendukung pencapaian Universal Health Coverage (UHC) melalui program asuransi kesehatan berbasis inklusi keuangan, serta mendorong inovasi keuangan hijau guna mendukung visi Sumut sebagai pusat bio-industri dan pariwisata global.
Melalui penguatan sektor jasa keuangan, OJK juga memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tidak hanya berkelanjutan tetapi juga merata dan memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat di seluruh kabupaten/kota di provinsi ini.
“Perkembangan sektor perbankan di Sumatera Utara juga terus menunjukkan resiliensi, terutama dengan adanya peningkatan modal dan kestabilan likuiditas hingga Februari 2025,”kata Khoirul Muttaqien.
Menurutnya, ketersediaan dana yang cukup dalam sektor perbankan dengan pusat operasi di Sumatera Utara menunjukkan tingkat likuiditas yang terjaga.
Rasio antara Alat Likuid dan Deposito Non-Core (AL/NCD) serta Alat Likuid dan Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tercatat masing-masing sebesar 99,94 persen dan 18,85 persen, masih dalam level yang aman melampaui ambang batas yang kesehatan bank sebesar 50 persen dan 10 persen.
Hal ini menandakan tingkat kesiapan yang sangat baik untuk mengatasi kebutuhan transaksi masyarakat di Sumatera Utara.
Selain itu, ketahanan modal juga tetap solid, terlihat dari rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) yang semakin kuat pada posisi Januari 2025 menjadi 30,76 persen (Desember 2024: 29,03 persen) untuk bank umum dan menjadi 29,05 persen (Desember 2024: 26,70 persen) untuk BPR.
“Situasi ini mengindikasikan bahwa jumlah modal perbankan masih mencukupi dalam menghadapi risiko potensial dan menjadi bantalan mitigasi risiko yang solid di tengah kondisi ketidakpastian global,”ungkap Khoirul Muttaqien.
Khoirul Muttaqien melanjutkan,
penyaluran kredit dalam 4 bulan terakhir mengalami pertumbuhan yang kuat, hingga akhirnya mencapai pertumbuhan tertinggi dalam 5 tahun terakhir yaitu sebesar 17,67 persen yoy, jauh melebihi pertumbuhan kredit Nasional sebesar 10,27 persen yoy.
Hal ini juga sejalan dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang terus meningkat, mengindikasikan kemajuan ekonomi yang stabil.
Pertumbuhan kredit yang tinggi tersebut ditopang oleh sektor produktif, setelah sebelumnya bergantung pada kredit konsumtif.
“Jumlah penyaluran kredit kredit produktif mencapai Rp213,27 triliun atau 70,78 persen dari total kredit, dengan pertumbuhan yang tinggi sebesar 19,52 persen yoy,” sebut Khoirul Muttaqien.
Pertumbuhan ini imbuhnya, menunjukkan pergeseran struktur kredit yang lebih sehat dan berkelanjutan, dengan sektor produktif semakin menjadi motor utama ekspansi kredit, mengindikasikan meningkatnya kepercayaan pelaku usaha terhadap prospek ekonomi.
Peningkatan kredit produktif tersebut terutama didorong oleh kredit Modal Kerja, yang berkontribusi sebesar 47,23 persen dari total kredit dan tumbuh 24,21 persen yoy. Sementara itu, kredit Investasi dengan porsi 23,55 persen mencatat pertumbuhan 11,12 persen yoy.
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan kredit produktif terutama didorong oleh sektor Industri Pengolahan, yang mencatatkan jumlah pangsa (25,57 persen) dan pertumbuhan yang substansial (34,44 persen yoy), menjadikannya kontributor utama dalam pertumbuhan kredit periode ini.
“Dorongan utama berasal dari subsektor pengolahan minyak goreng kelapa sawit, yang tumbuh impresif sebesar 75,06 persen yoy,”papar Khoirul Muttaqien.
Kenaikan ini bilang Khoirul Muttaqien dipicu oleh meningkatnya permintaan CPO di pasar internasional dan perbaikan harga komoditas tersebut.
Selain itu, upaya peningkatan produktivitas serta ekspansi lahan di Sumatera Utara turut memperkuat pertumbuhan kredit di subsektor ini.
Untuk itu inisiatif Kantor OJK Sumut melalui program pengembangan komoditas sawit, baik dari sisi perkebunan rakyat melalui skema SERAYA (Skema Pengembangan Sawit Rakyat) maupun perkebunan korporasi, semakin memperkuat peran subsektor ini dalam mendorong penyaluran kredit produktif.
Sedangkan Smsektor listrik, gas, dan air mencatatkan pertumbuhan kredit yang tertinggi pada periode ini, mencapai 141,58 persen yoy, menjadikannya salah satu sumber utama pertumbuhan kredit di Sumatera Utara setelah sebelumnya memiliki pangsa yang tidak signifikan.
“Lonjakan ini didorong oleh peningkatan investasi pada proyek subsektor uap/air panas di Kabupaten Deli Serdang serta beberapa proyek ketenagalistrikan di Kota Medan yang membutuhkan pembiayaan besar,”ujar Khoirul Muttaqien.
Dikatakannya, pertumbuhan pesat di sektor ini mencerminkan peningkatan kebutuhan infrastruktur energi di Sumatera Utara, baik untuk mendukung industri maupun memperluas akses energi bagi masyarakat.
Upaya memperluas akses pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga terus diperkuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. (Siong)