Seoul – Belasan pesawat militer Tiongkok dan Rusia terdeteksi memasuki zona pertahanan udara Korea Selatan (Korsel). Militer Seoul langsung mengerahkan sejumlah jet tempurnya sebagai respons atas aktivitas militer asing tersebut.
Militer Korsel dalam pernyataannya, seperti dilansir Reuters, Jumat (29/11/2024), menyebut sebanyak 11 pesawat militer Tiongkok dan Rusia terdeteksi memasuki dan mengudara di dalam Zona Identifikasi Pertahanan Udara (ADIZ) Korsel sepanjang empat jam pada Jumat (29/11) waktu setempat.
Dalam pesan kepada wartawan setempat, Kepala Staf Gabungan militer Korsel (JCS) menyebut pesawat-pesawat militer Tiongkok dan Rusia itu terpantau terbang memasuki area ADIZ secara berurutan, sebelum keluar tanpa insiden atau mengganggu wilayah udara Korsel beberapa jam kemudian.
Militer Korsel, menurut JCS, telah mengidentifikasi kehadiran pesawat-pesawat militer asing tersebut sebelum mereka memasuki zona tersebut.
Untuk meresponsnya, Korsel mengerahkan sejumlah jet tempur dari Angkatan Udara negara itu untuk melakukan manuver taktis.
Pesawat-pesawat militer Tiongkok dan Rusia tergolong sering memasuki zona pertahanan udara Korsel dalam beberapa tahun terakhir. Kedua negara itu tidak mengakui zona pertahanan udara Korsel atau ADIZ.
ADIZ pada dasarnya merupakan zona pertahanan udara yang dideklarasikan oleh sejumlah negara untuk memantau dan mengendalikan pergerakan pesawat yang mendekati wilayah udara teritorial demi tujuan keamanan nasional.
Setiap pesawat asing yang memasuki ADIZ diharapkan untuk mengidentifikasi diri mereka demi alasan keamanan. Namun ADIZ berbeda dengan wilayah udara yang menjadi kedaulatan suatu negara, dan seringkali tumpang tindih dengan ADIZ negara lainnya.
Belum ada pernyataan resmi dari militer Tiongkok dan Rusia terhadap pernyataan Korsel tersebut.
Namun laporan televisi CCTV menyebut pesawat-pesawat militer Tiongkok dan Rusia mengorganisir dan melakukan patroli udara strategis bersama di “wilayah udara yang relevan” di atas Laut Jepang pada Jumat (29/11) waktu setempat.
Patroli udara itu disebut sebagai bagian dari rencana kerja sama tahunan antara kedua negara yang sudah berlangsung sejak tahun 2019.
Laporan CCTV menyebut patroli udara semacam itu bertujuan untuk menguji secara efektif, dan meningkatkan pelatihan gabungan dan kemampuan operasional bagi Angkatan Udara kedua negara. (detik)