Medan – Pengangguran di Sumut tercatat paling banyak berasal dari jenjang tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Bahkan, persentase ini naik dalam kurun waktu tiga tahun belakangan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari tamatan SMK mencapai 8,14% per Agustus 2024. Ada peningkatan persentase dibanding Agustus 2023 sebesar 7,65%, dan Agustus 2022 sebesar 7,86%.
Angka pengangguran dari tamatan SMK melampaui angka pengangguran dari SMA yang sebesar 6,98% per Agustus 2024.
Sementara itu, angka pengangguran terendah dipegang oleh tamatan Sekolah Dasar (SD) sebesar 3,68% per Agustus 2024.
Ekonom Sumut Gunawan Benjamin mengungkapkan bahwa ada tiga alasan utama dalam membuat lulusan SMK tertinggi menyumbang pengangguran.
Gunawan menyebutkan bahwa penyerapan tenaga kerja di Sumut saat ini mengalami pelemahan.
“Kondisi industri atau manufaktur kita yang belakangan mengalami kontraksi. Dimana besaran indeks manufaktur tanah air berada di level 49,2 di bulan Oktober. Sehingga serapan industri di tanah air mengalami pelemahan, yang berdampak pada memburuknya penyerapan tenaga kerja khususnya tenaga kerja terampil dari SMK,” ungkap Gunawan kepada detikSumut, Senin (11/11/2024).
Selain itu, Gunawan menyebutkan kondisi ekonomi di Indonesia yang mengalami perlambatan turut berpengaruh terhadap iklim investasi yang tak kunjung membaik.
“Pelaku UMKM yang semestinya menjadi tulang punggung ekonomi kurang berdaya guna dalam menciptakan lapangan pekerjaan baru. Padahal lulusan SMK yang paling berpeluang dalam menciptakan peluang usaha baru di sektor UMKM,” kata Gunawan.
Kemudian, Gunawan juga memaparkan jika banyaknya lulusan SMA yang menyambung ke perguruan tinggi mengakibatkan lulusan SMK menjadi lebih banyak menyumbangkan presentase angka pengangguran dibandingkan lulusan SMA.
“Lulusan SMA memang kerap dipersiapkan untuk mengenyam pendidikan level sarjana atau diploma dibandingkan SMA. Nah khusus untuk alasan yang ketiga ini, presentase pengangguran yang lebih tinggi dari SMA ini bisa diperdebatkan,” kata Gunawan.
“Tetapi alasan mengapa anak SMA itu lebih rendah menyumbangkan tingkat pengangguran dibandingkan dengan SMK. Karena saat anak SMA tadi menjadi mahasiswa, dia tidak dihitung sebagai pengangguran,” pungkasnya. (detik)