seputar-Medan | Penerapan nama Satya Terra Bhinneka pada universitas yang akan dibangun menjadi bagian dari komitmen Ketua Dewan Pembina Yayasan Sultan Iskandar Muda dr Sofyan Tan untuk tetap menempatkan nilai kebaikan, kesetiaan (Satya) dan kejujuran yang sangat penting bagi generasi emas ke depan.
“Terra memiliki arti bumi dimana diharapkan generasi kedepan tetap mencintai bumi dan tanah dengan menjaga kelestarian lingkungan. Kemudian, Bhinneka adalah keberagaman yang diharapkan agar ditengah berbagai perbedaan yang ada, maka persatuan dan kesatuan tetap menjadi hal yang diutamakan.Ini sekaligus menggambarkan keinginan kita bahwa generasi penerus memiliki kesetiaan dalam menjaga bumi mulai dari tingkat nasional hingga internasional dan tetap tidak meninggalkan budaya Indonesia. Konsep kampusnya tetap konsep merdeka belajar seperti yang dicanangkan Pak Nadiem Makarim,” kata Sofyan Tan saat peletakan batu pertama Universitas ST Bhinneka bersama Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim di Jalan Sunggal, Medan, Kamis (25/8/2022).
Sofyan Tan yang juga Tokoh Pendidikan Sumut berjuluk Dokter Penakluk Badai yang sebentar lagi akan merayakan hari jadi ke 63 ini melanjutkan ketiadaan biaya tidak seharusnya membuat anak-anak lulusan SMA maupun SMK tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yakni dunia perkuliahan. Atas dasar itu pula pembangunan kampus tersebut diberi nama Universitas Satya Terra Bhinneka atau ST Bhinneka.
“Ketiadaan biaya tidak boleh membuat anak-anak kita menjadi terputus pendidikannya, namun harus tetap bisa melanjutkan ke perguruan tinggi dan jangan sampai pernah putus sekolah,” tandas Tokoh Pendidikan yang pernah menginisiasi Warung Pintar sebagai percontohan perpustakaan mini di Provinsi Sumatera Utara ini.
Sementara itu, Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim sangat mengapresiasi pembangunan universitas ST Bhinneka. Ia sangat optimis, Universitas ST Bhinneka akan mampu mewujudkan semangat kampus merdeka belajar untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang sesuai dengan tuntutan zaman. Perguruan tinggi juga harus mampu menghilangkan sekat antara dunia profesi dengan dunia industri.
“Akan banyak praktisi yang akan mengajar di kampus dan sekolah sebaliknya akan banyak guru dan dosen yang akan mencari pengalaman di dunia industri. Ini adalah semangat kampus merdeka belajar yang tujuannya untuk meningkatkan kompetensi keilmuan dan pengalaman bagi masyarkat Indonesia,”ungkap Nadiem.
Secara umum, Nadiem juga menitipkan pesan agar seluruh kampus di Indonesia tetap memperhatikan 3 poin penting yang kerap memicu persoalan dalam dunia pendidikan. Tiga poin itu adalah Intoleransi, kekerasan seksual dan perundungan (bully). Ia meminta agar seluruh pengelola perguruan tinggi memperhatikan tiga hal tersebut.
“Saya minta semua pemimpin yayasan mengambil peran aktif dalam menghilangkan 3 masalah ini. dengan komitmen dan dukungan dari semua pihak, kita saya yakin hal itu dapat dilakukan. Secara khusus saya optimis, Universitas ST Bhinneka akan menjadi kampus penggerak yang berdampak besar mentransfer sistem pendidikan yang lebih inklusif dalam mendorong kolaborasi dan inovasi,” pintanya.(Siong)