Jakarta, SeputaarSumut – “Mengancam tarif tinggi di setiap kesempatan bukanlah cara yang tepat untuk berinteraksi dengan Tiongkok,” demikian pernyataan tegas dari Kementerian Perdagangan Tiongkok menyikapi rentetan ancaman yang dilontarkan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Ancaman terbaru Trump adalah pengenaan tarif tambahan yang akan meningkatkan total tarif produk Tiongkok menjadi 130 persen.
Beijing secara terbuka menilai AS bertindak munafik menyusul ancaman kenaikan tarif sebesar 100 persen tersebut. Langkah ini diambil Trump tak lama setelah Tiongkok pada Kamis (9/10) mengumumkan pembatasan ekspor baru terhadap sejumlah teknologi penting, yang digunakan untuk menambang dan mengolah mineral krusial.
Pemerintah AS bereaksi keras terhadap kebijakan Tiongkok tersebut. Trump pada Jumat (10/10) secara spesifik menuduh Beijing memberlakukan pembatasan ekspor yang sangat agresif terhadap logam tanah jarang (rare earths). Mineral ini merupakan bahan esensial yang sangat penting dalam pembuatan komponen berteknologi tinggi, mulai dari ponsel, kendaraan listrik, hingga peralatan militer.
Sebagai respons, Trump mengumumkan rencananya untuk menerapkan tarif tambahan dan kontrol ekspor atas perangkat lunak penting. Rencana ini dijadwalkan mulai berlaku pada 1 November 2025.
Hingga saat ini, produk-produk Tiongkok telah dikenai tarif sebesar 30 persen oleh AS. Sementara itu, sebagai langkah balasan, Beijing juga menerapkan tarif sebesar 10 persen terhadap barang-barang yang berasal dari Negeri Paman Sam.
Menyusul pernyataan Trump yang kembali memanaskan perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia ini, Kementerian Perdagangan Tiongkok menyebut ancaman tarif tersebut sebagai contoh nyata dari perilaku standar ganda AS. Hal ini sebagaimana dikutip dari AFP, Minggu (12/10).
Kementerian tersebut lebih lanjut menilai langkah-langkah agresif yang diambil AS hanya akan memperburuk dan merusak hubungan ekonomi antara kedua negara.
Ketegangan yang memanas ini juga memicu ancaman lain dari Gedung Putih. Trump turut mengancam akan membatalkan pertemuan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Pertemuan yang dijadwalkan berlangsung dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC di Korea Selatan akhir bulan ini, seharusnya menjadi pertemuan tatap muka pertama sejak Trump kembali menjabat sebagai presiden pada Januari lalu.(*/cnni)