Rabu, Juli 16, 2025
Portal Media Online Berita Hari Ini
Iklan PT Indako Trading Coy
  • Beranda
  • Medan
  • Ekonomi
  • Ragam
  • Olahraga
  • Politik
  • Daerah
  • Nasional
  • Internasional
  • Hiburan
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Medan
  • Ekonomi
  • Ragam
  • Olahraga
  • Politik
  • Daerah
  • Nasional
  • Internasional
  • Hiburan
No Result
View All Result
Portal Media Online Berita Hari Ini

Berita Utama SeputarSumut

Orang Kaya Lebih Berisiko Idap Kanker, Kok Bisa?

oleh Redaksi 15
Rabu, 15 Januari 2025, 15:49 WIB
Ilustrasi.

Ilustrasi.

Share on WhatsappShare on FacebookShare on Twitter

Jakarta – Penyakit kanker adalah salah satu jenis penyakit mematikan yang menjadi alasan kematian terbesar kedua di dunia. Tentu, hal ini menjadi perhatian besar dan semua orang berusaha sebisa mungkin untuk menghindarinya.

Namun, terdapat beberapa golongan orang yang memiliki risiko lebih besar terkena penyakit ini dan harus mulai mempersiapkan diri lebih dini.

Iklan PT Indako Trading Coy Iklan PT Indako Trading Coy Iklan PT Indako Trading Coy

Menurut penelitian terbaru, golongan orang kaya secara genetik memiliki risiko lebih besar untuk terkena kanker. Studi yang dilakukan di Universitas Helsinki, Finlandia ini meneliti kaitan antara status sosial ekonomi (SES) dengan berbagai penyakit.

Mereka yang bisa menikmati penghasilan tinggi ditemukan memiliki risiko genetik lebih tinggi terhadap kanker payudara, prostat, dan jenis kanker lainnya, menurut hasil penelian tersebut.

Sebaliknya, ahli mengungkapkan bahwa golongan orang yang kurang mampu, secara genetik lebih rentan terkena diabetes, radang sendi, depresi, alkoholisme, dan kanker paru-paru.

Berita Terkait

Tanaman Ini Diyakini Dapat Membantu Mengobati Berbagai Macam Penyakit

Gelar HMC 2025, Honda Gali Bakat Ribuan Modifikator Tanah Air

Konten berbayar dibawah ini adalah iklan platform MGID, SeputarSumut.com tidak terkait dengan pembuatan konten ini

Pemimpin studi Fiona Hagenbeek dari Institut Molekuler Finlandia (FIMM) memiliki hipotesis bahwa orang-orang kaya memiliki akses lebih baik terhadap perawatan kesehatan, termasuk pemeriksaan dan pengetahuan yang lebih baik. Hal ini boleh jadi membuat deteksi dan diagnosis kanker menjadi lebih baik pada kelompok tersebut.

Hagenbeek juga mengatakan, hasil awal penelitian dapat menghasilkan skor risiko poligenik, yang digunakan untuk mengukur risiko penyakit berdasarkan genetika. Semakin banyak skrining yang dilakukan dari pengukuran risiko tersebut, semakin banyak penyakit yang terungkap.

“Memahami bahwa dampak skor poligenik pada risiko penyakit bergantung pada konteks dapat mengarah pada protokol skrining yang lebih berkelanjutan,” ungkap Hagenbeek, melansir New York Post.

“Misalnya, pada masa mendatang, protokol skrining untuk kanker payudara dapat disesuaikan sehingga perempuan dengan risiko genetik tinggi dan berpendidikan tinggi menerima skrining lebih awal atau lebih sering daripada perempuan dengan risiko genetik lebih rendah atau berpendidikan lebih rendah,” tambahnya.

Dalam penelitian ini, tim mengumpulkan data genomik, SES, dan kesehatan dari sekitar 280 ribu warga Finlandia, berusia 35 hingga 80 tahun.

Penelitian yang sebelumnya dilakukan menunjukkan adanya perbedaan risiko, serupa dengan apa yang ditemukan pada penelitian kali ini. Penelitian ini disebut merupakan yang pertama dalam mencari kaitan antara 19 penyakit umum di negara-negara berpenghasilan tinggi.

“Sebagian besar model prediksi risiko klinis mencakup informasi demografi dasar seperti jenis kelamin dan usia biologis, dengan fakta bahwa kejadian penyakit yang dialami berbeda antara pria dan wanita, dan bergantung pada usia,” jelas Hagenbeek.

Mengetahui hal-hal tersebut menjadi sangat penting ketika menggabungkan informasi genetik ke dalam perawatan kesehatan.

“Namun kini, kami dapat menunjukkan bahwa prediksi genetik risiko penyakit juga bergantung pada latar belakang sosial ekonomi seseorang,” tambah Hagenbeek.

Para peneliti tersebut menunjukkan bahwa penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk memahami sepenuhnya hubungan antara profesi tertentu dan risiko penyakit.

Mereka berusul, penelitian juga harus dilakukan di negara-negara berpendapatan rendah. Pasalnya, studi saat ini hanya fokus pada individu keturunan Eropa. (CNN)

Konten berbayar dibawah ini adalah iklan platform MGID, SeputarSumut.com tidak terkait dengan pembuatan konten ini

ArtikelPopuler

  • PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut melaksanakan program TJSL sebagai upaya mendukung kemandirian masyarakat dan mendorong perkembangan UMKM lokal, khususnya di area operasionalnya.(Dok:Pertamina Sumbagut)

    Pertamina Patra Niaga Dukung Pengembangan Ekonomi dan UMKM

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PGN Dukung Pengembangan Infrastruktur Gas Bumi Nasional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pabrik Tahu di Binjai Dilalap Api

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KAI Sumut Layani 1,32 Juta Penumpang Semester I 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • DPRD Medan Minta Pemko Fokus Persiapkan Sekolah Rakyat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Portal Media Online Berita Hari Ini

SeputarSumut.com berita terkini Sumatra Utara info Medan, ekonomi, ragam, olahraga, politik, daerah, nasional, internasional, hiburan.

  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Pernyataan Penyangkalan
  • Syarat dan Ketentuan Layanan
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Medan
  • Ekonomi
  • Ragam
  • Olahraga
  • Politik
  • Daerah
  • Nasional
  • Internasional
  • Hiburan

@ 2020 SeputarSumut.com

Situs web ini menggunakan cookie. Dengan terus menggunakan situs web ini, Anda memberikan persetujuan terhadap penggunaan cookie. Kunjungi Kebijakan Privasi dan Cookie kami.