Jakarta – Nilai tukar rupiah terlihat mengalami depresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah penurunan rating yang dilakukan oleh Moody’s terhadap AS. Hal ini menunjukkan dampak langsung dari keputusan lembaga pemeringkat tersebut terhadap mata uang domestik kita.
Berdasarkan data dari Refinitiv, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada hari Senin (19/5/2025) dibuka pada level Rp16.450/US$, mencatatkan pelemahan sebesar 0,09%. Ini menunjukkan bahwa pasar merespons negatif terhadap berita penurunan rating tersebut.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) mengalami penurunan sebesar 0,25% menjadi 100,84 pada pukul 08:57 WIB. Penurunan ini menunjukkan bahwa meskipun dolar AS melemah, rupiah masih tertekan lebih dalam akibat faktor eksternal yang mempengaruhi kepercayaan pasar.
Dengan demikian, situasi ini mencerminkan ketidakpastian yang ada di pasar keuangan global, di mana keputusan Moody’s dapat memicu reaksi berantai terhadap nilai tukar mata uang lainnya, termasuk rupiah. Hal ini menjadi perhatian bagi para pelaku pasar dan investor.
Secara keseluruhan, perkembangan ini menandakan perlunya pengawasan yang lebih ketat terhadap faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi stabilitas nilai tukar rupiah. Para analis diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam mengenai dampak jangka panjang dari penurunan rating ini.
Mata uang Asia sebagian besar juga menguat terhadap dolar di awal sesi Asia, dibantu oleh penurunan peringkat kredit AS pada hari Jumat.
Dengan “semua hal sama dan mengesampingkan tarif,” dolar dapat melemah sementara mata uang Asia menguat mengingat fokus pada keberlanjutan fiskal AS kali ini, kata Michael Wan dari MUFG Bank dalam sebuah laporan penelitian.
Lebih lanjut, sebagian besar imbal hasil obligasi pemerintah AS naik pada perdagangan awal Asia setelah Moody’s Ratings pada hari Jumat menurunkan peringkat kredit AS menjadi Aa1 dari Aaa.
Greenback diperkirakan akan melemah awal minggu ini, terutama terhadap EUR, GBP, dan JPY, menyusul penurunan peringkat kredit pemerintah AS, kata tim Riset Ekonomi & Pasar Global CBA dalam sebuah laporan penelitian.
Namun, “kami tidak memperkirakan penurunan besar dalam USD karena keputusan Moody’s seharusnya tidak memengaruhi alokasi USD investor ketika dua lembaga pemeringkat kredit lainnya menurunkan peringkat AS pada tahun 2023 dan 2011,” tambah tim tersebut.
Sementara dari Bank Indonesia (BI), sentimen positif terlihat dari data transaksi 14 – 15 Mei 2025, secara agregat investor asing tercatat beli neto sebesar Rp4,14 triliun, terdiri dari beli neto sebesar Rp4,52 triliun di pasar saham dan Rp1,14 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), serta jual neto sebesar Rp1,52 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN).
Sepanjang tahun 2025 (year to date/ytd), berdasarkan data setelmen sampai dengan 15 Mei 2025, investor asing tercatat jual neto sebesar Rp52,53 triliun di pasar saham dan Rp20,54 triliun di SRBI, serta beli neto sebesar Rp29,10 triliun di pasar SBN.(sg)