seputar-Medan | Sejumlah manajer perusahaan dan pengusaha tergabung dalam Asosiasi Managemen Indonesia (AMA) di Medan belajar mengenal DAAI TV dan budaya humanis di Gedung DAAI TV Medan, Jalan Perintis Kemerdekaan Komplek Jati Junction, Jumat (16/09/2022). Sekira 40 anggota AMA yang hadir terlihat antusias untuk mengetahui bagaimana DAAI TV dapat berproduksi dengan mempertahankan jati diri sebagai televisi non komersial di tengah ramainya persaingan dan perkembangan dunia digital saat ini.
Manajer Operasional DAAI TV Medan, Tony Honkley, memaparkan bahwa DAAI TV, sebagai televisi berafiliasi dengan lembaga kemanusiaan Yayasan Buddha Tzu Chi, mempunyai visi menjernihkan hati manusia dan mencerahkan dunia. Dengan visinya ini, maka DAAI TV mempunyai tanggung jawab memproduksi siaran-siaran yang dapat menggugah, dan memberi manfaat bagi orang lain.
“Ketika pengusana-pengusaha di Medan ingin mendirikan sekolah dan rumah sakit terlebih dahulu, Master Cheng Yen mengatakan, bahwa yang lebih urgent adalah televisi. Siaran televisi dapat menjangkau lebih banyak orang. Dengan program siaran yang menyebarkan kebaikan, DAAI TV dapat menjadi obat bagi bathin manusia. Di sini tidak ada berita kriminal, pembunuhan dan lainnya. Kami menayangkan siaran-siaran bertema sosial kemanusiaan, yang dapat memberi inspirasi dan motivasi kepada masyarakat,” papar Tony.

President AMA Medan Leo WIjaya, Manajer Operasional DAAI TV Tony Honkley dan Presenter DAAI TV Agnes Sinambela, berpose bersama anggota AMA di studio DAAI TV Medan.(Istimewa)
Salah satu cara agar DAAI TV dapat terus bertahan menyiarkan program sesuai dengan mottonya yaitu kebenaran, kebajikan dan keindahan, adalah DAAI TV harus independen, dan tetap berpihak kepada masyarakat. Tony mengatakan, DAAI TV tidak dapat menerima iklan komersil yang menjual produk agar tidak turut mempengaruhi masyarakat untuk berprilaku konsumerisme. DAAI TV hanya dapat menayangkan iklan layanan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai edukasi untuk masyarakat.
Tony menjelaskan, salah satu sumber pemasukan DAAI TV Medan yang terus dikembangkan saat ini adalah dari aktivitas depo pelestarian lingkungan Tzu Chi atau mendaur ulang sampah.
Saat ini, Tzu Chi Medan mempunyai delapan depo pelestarian lingkungan dan 40 green point atau titik pengumpulan sampah yang tersebar di Medan, Binjai, Tanjung Morawa, Tebing Tinggi, Siantar, dan Kisaran. Tony juga mengajak para manager dan pengusaha dari AMA untuk bersama-sama mendukung DAAI TV dalam menyebarkan kebaikan dengan menggiatkan pelestarian lingkungan melalui pendirian green point di perusahaan masing-masing. “Kegiatan daur ulang sampah ini lah yang telah membiayai operasional DAAI TV sehingga tetap dapat merdeka dalam menyuguhkan siaran yang inspiratif dan bermanfaat bagi masyarakat,” kata Tony.

President AMA Medan Leo Wijaya memberi kata sambutan saat mengunjungi Gedung DAAI TV Medan, Jalan Perintis Kemerdekaan Komplek Jati Junction, Jumat (16/09/2022).(Istimewa)
President AMA Medan Leo Wijaya mengatakan, ia dan para manajer di AMA merasa banyak mendapatkan masukan dan strategi dari DAAI TV. “Saya bilang ke kawan-kawan, kita harus belajar dari DAAI TV. Meski tidak bisa mengambil iklan komersial, tapi DAAI bisa hidup, menggaji karyawan dan memberikan inspirasi dan manfaat kepada orang-orang yang menontonnya,” kata Leo.
Program kunjungan ke DAAI TV ini, diterangkan Leo merupakan program company visit yang diselenggarakan AMA setiap bulan, agar para anggota dapat belajar tentang manajemen dari berbagai perusahaan.
Kegiatan di DAAI TV berlangsung selama satu jam. Setelah pengenalan program-program DAAI TV Medan yang disampaikan Produser DAAI TV Medan Khairiah Lubis dan Marketing Windy Nainggolan, anggota AMA melihat kegiatan produksi di studio DAAI TV.
Belajar Konsep DAAI Technology dan Minum Teh
Selain belajar mengenal DAAI TV, para manager dan pengusaha yang tergabung di AMA juga belajar mengenai budaya humanis Tzu Chi. Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Medan, Sylvia Chuwardi, menyambut para anggota AMA di Jing Si Books & Café yang berlokasi di lantai 1 Gedung DAAI TV dan Tzu Chi di Komplek Jati Junction Medan.
Jusni Lina, Pengurus Jing Si Books & Cafe mengenalkan toko buku dan kafe Jingsi, sebagai tempat bagi orang-orang untuk menenangkan pikiran dan mengenal budaya humanis Tzu Chi.
“Master Cheng Yen pernah menggambarkan Jing Si Books & Café sebagai toko berantai dari cinta kasih”, mengharapkan setiap orang yang datang ke Jing Si Books & Café dapat merasakan kebajikan dan cinta kasih di dalamnya, serta mendapatkan keleluasaan dan kedamaian batin. Di dalam Jing Si Books & Café terdapat suasana yang hening, dalam buku juga terdapat kekuatan untuk mengheningkan,” kata Jusni Lina.

Para manajer dan pengusaha AMA juga diajak untuk meminum teh Jingsi, teh yang dibuat oleh para relawan Tzu Chi di Taiwan. Jingsi Teh yang wangi, diasumsikan sebagai balas budi tanah, bentuk cinta kasih yang menghasilkan kesehatan.
Sambil menikmati teh Jingsi, para anggota AMA mendapatkan penjelasan tentang misi pelestarian lingkungan Tzu Chi. Sylvia Chuwardi mengatakan, Di Taiwan, Tzu Chi mempunyai DAAI Technology, yaitu perusahaan yang memproduksi barang ramah lingkungan dari pengolahan sampah. DAAI Technology mengolah sampah botol plastik untuk menjadi bahan dasar atau benang dalam pembuatan syal, selimut, tempat tidur, yang dibagikan kepada pengungsi dalam penanggulangan korban bencana.
“Dalam pembuatan sehelai selimut berukuran 180×230 cm, dibutuhkan 67 botol plastik. Ini bisa menghemat 4,28 kg CO2, 1,085 ml minyak, 180 liter air, 3,49 kg emisi karbon yang digunakan untuk memproduksi plastik,” kata Sylvia.(Siong/REL)