Jakarta, SeputarSumut – Proses evakuasi bencana gedung ambruk Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, menunjukkan jumlah korban yang besar. Berdasarkan pembaruan data terkini dari Basarnas per Senin (6/10) pukul 03.35 WIB, total korban yang telah berhasil ditemukan telah mencapai 158 orang. Rinciannya adalah 104 orang ditemukan dalam kondisi selamat dan 54 orang ditemukan meninggal dunia, lima di antaranya masih berupa potongan tubuh.
Jumlah korban jiwa yang ditimbulkan dari tragedi ini mendapat sorotan serius dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Ambruknya gedung di Sidoarjo ini dicatat sebagai salah satu bencana dengan jumlah korban terbesar yang terjadi sepanjang tahun 2025.
Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen TNI Budi Irawan, menegaskan bahwa insiden ini telah melampaui skala bencana alam lain yang melanda Indonesia sepanjang tahun berjalan. Bencana alam seperti gempa bumi di Poso, gempa di lokasi lain, banjir bandang di Bali, hingga Nagi Keo, semuanya memiliki jumlah korban yang jauh lebih sedikit.
“Bahwa korban kali ini di sepanjang tahun 2025 ini adalah korban yang cukup besar menurut BNPB,” ungkap Budi Irawan dalam konferensi pers yang diadakan di Posko Kedaruratan, Sidoarjo, Senin (6/10). Ia menambahkan, “Ini adalah korbannya cukup banyak. Jadi 50 orang meninggal,” untuk menekankan dampak tragedi tersebut.
Menyikapi besarnya jumlah korban dan skala insiden, Budi Irawan menyebutkan bahwa Kepala BNPB Letjen Suharyanto memberikan perhatian besar secara langsung, menyusul arahan dari Presiden Prabowo Subianto. “Jadi Bapak Kepala BNPB sangat memberikan atensi atas perintah dari Bapak Presiden Prabowo Subianto,” tambahnya.
Dalam upayanya menuntaskan penanganan, BNPB menargetkan pencarian korban yang tersisa rampung pada hari ini. Pihak Basarnas dan Kodim telah menyusun jadwal pencarian yang terperinci. “Pada kesempatan ini pula kami menargetkan dari BNPB hari ini kita akan selesai selesaikan pencarian korban,” ujar Budi.
Pihak berwenang memperkirakan saat ini masih ada 13 orang lagi yang tersisa untuk dievakuasi, meskipun jumlah pasti yang belum ditemukan adalah 9 orang, dengan catatan jumlah itu masih bisa bertambah karena potongan tubuh yang dievakuasi belum teridentifikasi apakah saling berhubungan satu sama lain atau tidak. “Diharapkan pada hari ini kita akan selesai evakuasi dari yang diperkirakan, saya ulangi, yang diperkirakan tinggal 13 orang lagi,” jelas Budi.
Selain itu, Budi juga menyoroti transparansi proses evakuasi. Ia menegaskan bahwa seluruh proses dilakukan secara transparan, bahkan dipantau langsung melalui siaran live 24 jam penuh. Hal ini merupakan yang pertama kali terjadi sepanjang dirinya bertugas di BNPB. “Selama saya bekerja di BNPB baru kali ini ada namanya evakuasi itu diberikan live selama 24 jam. Bisa dilihat ya. Jadi ini merupakan hal yang sangat transparan,” ujarnya.
Sebagai informasi, tragedi ini bermula ketika gedung tiga lantai, termasuk musala, di asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, ambruk pada Senin sore (29/9). Diketahui, saat insiden terjadi, ratusan santri sedang melaksanakan Salat Ashar berjemaah di gedung yang masih berada dalam tahap pembangunan tersebut.(*/cnni)