Jakarta, SeputarSumut – Lebih dari 50 orang di wilayah Zamfara, bagian barat laut Nigeria, telah diculik oleh kelompok perampok dalam insiden penculikan massal pada hari Jumat (1/8).
Informasi ini diungkapkan dalam laporan pemantauan konflik yang disusun untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), seperti yang dilaporkan oleh AFP pada hari Minggu (3/8).
Melansir CNNIndonesia, Nigeria masih menghadapi tantangan besar terkait praktik penculikan yang berujung pada permintaan tebusan yang semakin sering terjadi, seiring dengan meningkatnya aktivitas kelompok kriminal di seluruh daerah utara Nigeria.
Menurut laporan yang diterbitkan oleh AFP, dokumen pemantauan konflik untuk PBB menyatakan bahwa “perampok bersenjata” menargetkan desa Sabon Garin Damri di negara bagian Zamfara pada hari Jumat.
Serangan terbaru ini terjadi di daerah di mana masyarakat di kawasan pedesaan telah lama mengalami kesulitan akibat tindakan geng yang melakukan penculikan untuk mendapatkan uang tebusan, merampok desa, dan memungut pajak.
Laporan menyatakan bahwa kejadian ini merupakan insiden “penangkapan massal” pertama di wilayah pemerintahan lokal Bakura tahun ini.
“Peningkatan penangkapan masal akhir-akhir ini di Zamfara sangat mengkhawatirkan,” catat laporan tersebut, yang menunjukkan adanya perubahan taktik dari para bandit dengan melakukan serangan dalam skala yang lebih besar di bagian utara Zamfara.
Penyebab dan Dampak Krisis Penculikan di Nigeria
Krisis “banditry” yang terjadi di Nigeria bermula dari sengketa mengenai tanah dan air antara petani dan penggembala, tetapi kemudian berkembang menjadi tindak kejahatan terorganisir. Geng-geng ini menyasar komunitas pedesaan yang telah lama tidak merasakan kehadiran pemerintah di wilayah mereka.
Ketegangan ini memperburuk masalah malnutrisi di bagian barat laut Nigeria karena serangan yang terjadi memaksa masyarakat menjauh dari tanah pertanian mereka. Situasi ini semakin rumit akibat perubahan iklim dan pengurangan bantuan dari negara-negara Barat.
Bulan lalu, para bandit di Zamfara membunuh 33 orang yang mereka culik pada Februari 2025 meskipun telah menerima uang tebusan sebesar US$33. 700, sementara tiga bayi meninggal dalam penahanan, seperti dilaporkan oleh pejabat dan warga kepada AFP.
Sejak tahun 2011, seiring dengan meningkatnya perdagangan senjata dan kekacauan di kawasan Sahel, kelompok bersenjata terorganisir mulai terbentuk di barat laut Nigeria.
Pencurian ternak dan penculikan menjadi ladang uang yang besar di wilayah pedesaan dengan mayoritas penduduknya miskin. Kelompok ini juga memungut pajak dari para petani dan penambang kecil.
Dalam beberapa tahun terakhir, kekerasan telah menyebar dari bagian barat laut ke tengah utara Nigeria. Dua minggu yang lalu, pasukan Nigeria membunuh setidaknya 95 anggota geng bersenjata dalam baku tembak dan serangan udara di negara bagian Niger di barat laut.
Namun, militer Nigeria menunjukkan kelebihan dalam langkah-langkah mereka. Meskipun kerjasama yang lebih baik antara tentara dan angkatan udara membantu dalam pertempuran ini, analis mengatakan bahwa serangan udara juga telah menyebabkan kematian ratusan warga sipil selama bertahun-tahun.
Aspirasi utama para bandit adalah uang. Namun mereka juga memperkuat kolaborasi dengan kelompok pemberontak di Nigeria, yang telah melancarkan pemberontakan bersenjata tersendiri selama 16 tahun di wilayah timur laut.(cnni)