Senin, Juni 23, 2025
Portal Media Online Berita Hari Ini
Iklan PT Indako Trading Coy
  • Beranda
  • Terbaru
  • Medan
  • Ekonomi
  • Ragam
  • Olahraga
  • Politik
  • Daerah
  • Nasional
  • Internasional
  • Hiburan
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Terbaru
  • Medan
  • Ekonomi
  • Ragam
  • Olahraga
  • Politik
  • Daerah
  • Nasional
  • Internasional
  • Hiburan
No Result
View All Result
Portal Media Online Berita Hari Ini
Beranda Nasional

BMKG Prakirakan Musim Kemarau 2025 Mundur dan Berdurasi Lebih Pendek

oleh Redaksi 15
Sabtu, 21 Juni 2025, 15:48 WIB
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.(Foto:BMKG)

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.(Foto:BMKG)

Share on WhatsappShare on FacebookShare on Twitter

Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan musim kemarau 2025 mudur dan berdurasi lebih pendek. Hal itu karena hingga awal Juni 2025, baru sekitar 19 persen zona musim di Indonesia yang telah memasuki musim kemarau. 

“Artinya, sebagian besar wilayah di Indonesia hingga saat ini masih berada dalam kategori musim hujan. Meskipun kalender klimatologis biasanya menunjukkan bahwa kemarau seharusnya telah dimulai di banyak daerah pada periode ini,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.

Iklan PT Indako Trading Coy Iklan PT Indako Trading Coy Iklan PT Indako Trading Coy

Dwikorita menjelaskan bahwa kemunduran awal musim kemarau tahun ini terutama disebabkan oleh kondisi curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya (Atas Normal) selama periode April hingga Mei 2025.  Yang seharusnya merupakan masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.

Menurut Dwikorita, kondisi ini telah diprediksi sebelumnya oleh BMKG melalui prakiraan iklim bulanan yang dirilis pada Maret 2025. Dalam prediksi tersebut, BMKG mengantisipasi adanya peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia bagian selatan. 

Yakni seperti Sumatera bagian selatan, Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Peningkatan curah hujan ini menyebabkan wilayah-wilayah tersebut belum dapat bertransisi sepenuhnya ke musim kemarau sebagaimana biasanya. 

Konten berbayar dibawah ini adalah iklan platform MGID, SeputarSumut.com tidak terkait dengan pembuatan konten ini

“Prediksi musim dan bulanan yang kami rilis sejak Maret lalu menunjukkan adanya anomali curah hujan yang diatas normal di wilayah-wilayah tersebut. Dan ini menjadi dasar utama dalam memprediksi  mundurnya musim kemarau tahun ini,” kata Dwikorita dàlam siaran pers BMKG.

Lebih lanjut, ia menyampaikan berdasarkan analisis BMKG terhadap data curah hujan di seluruh Indonesia pada Dasarian I (sepuluh hari pertama) Juni 2025. Diketahui bahwa sifat hujan di berbagai wilayah mulai menunjukkan tanda-tanda pergeseran menuju kondisi kemarau.

Sebanyak 72 persen wilayah berada dalam kategori Normal, 23 persen dalam kategori Bawah Normal (lebih kering dari biasanya). Dan hanya sekitar 5 persen wilayah yang masih mengalami curah hujan Atas Normal. 

Ini berarti bahwa tren pengurangan curah hujan mulai dirasakan di sebagian besar wilayah Indonesia, meskipun secara spasial belum merata. Dwikorita menjelaskan bahwa wilayah Sumatera dan Kalimanta justru telah mengalami beberapa dasarian berturut-turut dengan curah hujan yang lebih rendah dari normal.

Namun demikian, kata dia, pada bulan April hingga Mei lalu, beberapa wilayah di Indonesia bagian selatan memang mengalami kondisi curah hujan Atas Normal, termasuk Sumatera Selatan, Jawa, Bali, NTB, NTT. Pola ini menunjukkan bahwa transisi musim kemarau tidak berlangsung seragam di seluruh Indonesia. 

Berdasarkan prediksi cuaca bulanan terbaru, BMKG memperkirakan bahwa kondisi curah hujan dengan kategori Atas Normal masih akan berlanjut di sebagian wilayah hingga bulan Oktober 2025.  Oleh karena itu, BMKG menyatakan konfirmasi kembali bahwa musim kemarau tahun 2025 cenderung akan memiliki durasi yang lebih pendek.

Dwikorita menyampaikan, kondisi curah hujan yang tetap tinggi selama periode kemarau membawa dua sisi konsekuensi yang harus dipahami dan disikapi secara tepat. Di satu sisi, keberadaan hujan selama musim kemarau dapat menjadi berkah bagi para petani padi. arena pasokan air irigasi relatif tetap tersedia. Ini dapat mendukung kelangsungan masa tanam dan produksi pertanian. 

Namun, di sisi lain, peningkatan curah hujan di musim kemarau juga menimbulkan risiko terhadap pertanian hortikultura, yang pada umumnya lebih sensitif terhadap kondisi kelembapan tinggi. Tanaman hortikultura seperti cabai, bawang, dan tomat sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit akibat kelembaban berlebih. 

“Kami mendorong petani hortikultura untuk mengantisipasi kondisi ini, Yakni dengan menyiapkan sistem drainase yang baik dan perlindungan tanaman yang memadai,” ujar Dwikorita.

BacaJuga

Konflik Iran-Israel, Proses Pemulangan WNI ke Indonesia Dilakukan Secara Bertahap

TNI AU Siapkan Pesawat Hercules dan Boeing untuk Evakuasi WNI dari Iran dan Israel

Evakuasi WNI dari Iran Direncanakan Melalui Jalur Darat

Gunung Marapi di Sumbar Muntahkan Abu Vulkanik Sejauh 250 Meter

Bobby Nasution dan Muzakir Manaf Teken Ulang Kesepakatan Batas Wilayah

Prabowo Subianto Putuskan Empat Pulau yang Diperdebatkan Menjadi Bagian Wilayah Administratif Provinsi Aceh

Prabowo Bakal Terbitkan Aturan untuk Menyelesaikan Masalah 4 Pulau

Aceh Tak Tempuh Ranah Hukum Meski Keberatan Soal 4 Pulau

Selain itu, Dwikorita juga menegaskan pentingnya kesiapsiagaan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan masyarakat, untuk merespons dinamika iklim yang semakin tidak menentu.
 
“Perubahan iklim global menyebabkan anomali-anomali yang harus kita waspadai dan adaptasi harus dilakukan secara cepat dan tepat,” ujarnya. 

Dwikorita menekankan bahwa informasi prediktif dan analisis dari BMKG harus menjadi landasan dalam menyusun kebijakan dan strategi adaptasi di berbagai sektor. Mulai dari sektor pertanian, pengelolaan sumber daya air, hingga penanggulangan bencana.

Dengan kerangka pemantauan atmosfer yang terus diperbarui secara real time, BMKG memastikan akan terus menyampaikan informasi iklim yang akurat, terukur, dan relevan bagi seluruh lapisan masyarakat. Musim kemarau tahun ini bukan hanya tantangan, tetapi juga peluang untuk menguji kemampuan adaptasi nasional terhadap dinamika iklim.(rri)

Konten berbayar dibawah ini adalah iklan platform MGID, SeputarSumut.com tidak terkait dengan pembuatan konten ini

BeritaPopuler

  • Anggota DPR RI dari Dapil Sumut I, dr Sofyan Tan saat menjadi keynote speaker dalam Sarasehan Peringatan Bulan Bung Karno di Raz Plaza Convention Hall, Jalan dr Mansyur, Medan, Senin (16/7).(Ist)

    Sofyan Tan: Tragedi 98 Tidak Masuk di Buku Sejarah, Itu Namanya Ngawur

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Baksos Peringatan Bulan Bung Karno Bukan Sekedar Berbagi Sembako

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Baksos Peringatan Bulan Bung Karno Wujud Kepedulian pada Kaum Marhaen

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tragedi Pemerkosaan 98: Diakui BJ Habibie, Dianggap Rumor Oleh Fadli Zon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesawat Komersial Saudia Airlines Mendarat Darurat di Kualanamu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Portal Media Online Berita Hari Ini

SeputarSumut.com berita terkini Sumatra Utara info Medan, ekonomi, ragam, olahraga, politik, daerah, nasional, internasional, hiburan.

  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Pernyataan Penyangkalan
  • Syarat dan Ketentuan Layanan
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Terbaru
  • Medan
  • Ekonomi
  • Ragam
  • Olahraga
  • Politik
  • Daerah
  • Nasional
  • Internasional
  • Hiburan

@ 2020 SeputarSumut.com