Jakarta, SeputarSumut – Produser legendaris asal Amerika Serikat, Timbaland, baru-baru ini menjadi sorotan tajam publik dan komunitas musik global. Kehebohan ini muncul setelah ia memperkenalkan TaTa Taktumi, seorang artis virtual yang sepenuhnya berbasis Artificial Intelligence (AI). Langkah berani ini seketika memicu perdebatan sengit tentang masa depan kreasi di industri musik digital.
Debut TaTa Taktumi ini segera menuai pro dan kontra yang terpolarisasi di kalangan pendengar dan kritikus. Banyak pihak menilai konsep ini terlalu “dingin,” dianggap kehilangan sentuhan emosional dan kedalaman yang biasanya dimiliki oleh musisi manusia. Selain itu, Timbaland bahkan dituduh melakukan cultural appropriation karena menciptakan sosok AI dengan citra budaya tertentu, yang dinilai mengeksploitasi AI dengan budaya tersebut tanpa adanya tanggung jawab artistik yang memadai.
Meskipun memicu kontroversi, TaTa Taktumi resmi debut dengan lagu berjudul ‘Glitch x Pulse’. Single ini menampilkan perpaduan unik antara vokal dan visual yang merupakan hasil kolaborasi antara manusia dan teknologi AI. Proyek ambisius ini dijalankan melalui StageZero, sebuah perusahaan milik Timbaland yang secara spesifik berfokus pada pengembangan genre musik digital baru dan karakter virtual.
Menanggapi berbagai tuduhan dan kritik yang muncul, Timbaland segera memberikan klarifikasi. Dilansir dari AllHipHop, ia menjelaskan bahwa ‘Glitch x Pulse’ tetap digarap dengan kontribusi dominasi manusia. Produser peraih Grammy tersebut menegaskan bahwa 85 persen proyek ini dikerjakan oleh tim kreatif manusia, sementara AI hanya bertindak sebagai alat bantu untuk sisi visual dan elemen suara.
Terlepas dari perdebatan etika yang mengikutinya, proyek ini menandai sebuah evolusi baru di industri musik digital. Timbaland berpandangan bahwa AI bukanlah ancaman yang perlu ditakutkan oleh para musisi. Sebaliknya, menurutnya, AI adalah cara baru untuk menciptakan sesuatu yang benar-benar belum pernah ada, membuka pintu bagi era kreasi tanpa batas.(*/rri)
