Medan, SeputarSumut — Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip) Sumatera Utara secara proaktif meluncurkan inisiatif ganda untuk meningkatkan literasi dan numerasi masyarakat. Upaya ini mencakup pembangunan pojok baca di 16 kabupaten/kota dan peluncuran perpustakaan digital bernama Baca Si Sumut yang berisi 1.000 konten E-book di 14 lokasi. Kedua program ini merupakan bagian dari empat strategi utama Dispusip Sumut untuk mendekatkan diri kepada masyarakat dan mempromosikan budaya membaca.
Menurut Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Sumut, Desni Maharani Saragih, inisiatif ini sangat krusial mengingat tantangan literasi yang masih dihadapi daerah. Dalam sebuah diskusi panel bertajuk Peningkatan Literasi dan Numerasi Sumatera Utara yang diselenggarakan oleh Tanoto Foundation di Hotel Hermes, Kamis (28/08/2025), Desni mengungkapkan bahwa Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) Sumut tahun 2024 masih berada di peringkat 10 terbawah, dengan nilai 62,39. Sementara itu, Tingkat Gemar Membaca (TGM) berada di angka 68,57, yang menunjukkan masih ada celah besar untuk perbaikan.
Inovasi Teknologi dan Kolaborasi Antar Lembaga
Selain program pojok baca dan Baca Si Sumut, Dispusip Sumut juga mengembangkan sebuah aplikasi inovatif bernama Drone Sumut. Aplikasi yang diluncurkan pada bulan Juni lalu ini bertujuan untuk menciptakan akses informasi perpustakaan yang satu dan menyeluruh. Desni menjelaskan bahwa data yang dikumpulkan melalui aplikasi ini akan menjadi dasar analisis mendalam untuk mengidentifikasi penyebab rendahnya indeks literasi dan merumuskan solusi yang tepat sasaran. “Ini adalah langkah konkret kami dalam memanfaatkan teknologi untuk mengatasi masalah literasi secara sistematis,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Ezra Jhemiyanta Surbakti, seorang Widyaprada Ahli Madya dari Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Sumut, menekankan pentingnya peran dinas pendidikan dalam memetakan dan memastikan fungsionalitas pojok baca di setiap satuan pendidikan. “Hingga saat ini, masih banyak sekolah yang belum memiliki pojok baca, atau yang sudah ada namun tidak berfungsi optimal karena berbagai alasan,” ungkap Ezra. Ia menggarisbawahi perlunya dinas terkait untuk secara rutin mengecek apakah fasilitas ini memenuhi indikator yang ditetapkan.
Pemanfaatan Pojok Baca dan Tantangan ke Depan
Isu pemanfaatan pojok baca yang kurang maksimal juga diamini oleh Jepri Sipayung, Field Technical Specialist dari Tanoto Foundation. Jepri mengakui bahwa meski banyak pojok baca telah dibangun, implementasinya di lapangan masih belum sesuai harapan. Hal ini menjadi tantangan bersama yang harus diatasi melalui kolaborasi antara pemerintah, lembaga swasta, dan masyarakat.
Diskusi panel ini juga dihadiri oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Pematangsiantar, Hamzah Fanshuri Damanik. Kehadiran para pakar dan pejabat ini menunjukkan komitmen serius berbagai pihak untuk bersinergi. Dengan kolaborasi yang lebih erat, diharapkan program-program yang diluncurkan oleh Dispusip Sumut dapat menjangkau lebih banyak orang, meningkatkan minat baca, dan pada akhirnya, membawa Sumut keluar dari peringkat rendah dalam indeks literasi nasional.(Siong)
