Jakarta, SeputarSumut – Sejumlah kementerian dan lembaga terkait diminta untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap keamanan bangunan pendidikan, termasuk pondok pesantren di seluruh Indonesia. Permintaan ini disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno.
Peristiwa robohnya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, pada Senin (29/9) menjadi pemicu utama. Menko PMK Pratikno menyatakan bahwa evaluasi kelayakan konstruksi bangunan fasilitas pendidikan kini menjadi atensi serius pemerintah.
Ambruknya bangunan ponpes Al Khoziny di Sidoarjo, yang menelan korban meninggal terbanyak sepanjang tahun 2025, diklasifikasikan sebagai bencana non-alam akibat kegagalan teknologi. “Ini harus menjadi perhatian kita semua agar tidak terjadi lagi di kemudian hari,” kata Pratikno dalam keterangan di Jakarta, Sabtu (11/10), melansir Antara.
Aspek keamanan infrastruktur bangunan pendidikan pasca-insiden tragis yang menewaskan 67 orang santri tersebut dibahas secara mendalam. Hal itu menjadi pokok pembahasan utama dalam rapat tingkat menteri yang dipimpin Menko PMK di Jakarta, Jumat (10/10).
Dalam rapat tersebut, Pratikno menegaskan perlunya sinergi antar kementerian dan lembaga, termasuk Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), BASARNAS, dan pemerintah daerah. Sinergi ini bertujuan memastikan seluruh bangunan pendidikan memiliki struktur yang aman dan layak.
Agar setiap proses pembangunan fasilitas pendidikan dan keagamaan dapat memenuhi persyaratan teknis serta diawasi secara ketat, Menko PMK menekankan, “Perlu dilakukan penguatan koordinasi antarinstansi,” ujarnya.
Operasi pencarian dan pertolongan terhadap santri Al Khoziny yang menjadi korban bangunan ambruk mendapat apresiasi dari Pratikno. Ia menyebut, penanganan darurat yang dilakukan tim SAR gabungan sejak hari pertama menunjukkan komitmen pemerintah dalam merespons setiap bencana dengan cepat.
“Tragedi ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak agar lebih memperhatikan keamanan bangunan yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar,” kata Pratikno. Ia menambahkan, keselamatan anak-anak di sekolah dan pesantren adalah prioritas utama pemerintah.
Ratusan santri sedang melaksanakan Salat Ashar berjamaah di gedung tiga lantai asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, ketika insiden ambruk terjadi pada Senin (29/9) sore. Gedung yang ambruk tersebut, termasuk musala, diketahui masih dalam tahap pembangunan.
Total korban ambruknya Gedung Pondok Pesantren Al Khoziny yang dicatat BASARNAS berjumlah 171 orang, hingga akhir pencarian pada Selasa (7/10). Korban itu terdiri dari 104 korban selamat dan 67 meninggal dunia, termasuk delapan body part atau bagian tubuh. Sampai Jumat (10/10) malam, Tim DVI di RS Bhayangkara Polda Jatim, Surabaya, sudah berhasil mengidentifikasi sebanyak 50 jenazah korban.(*/cnni)