Jakarta, SeputarSumut – Perdana Menteri sementara Thailand, Phumtham Wechayachai, memicu gejolak politik baru setelah mengajukan dekrit pembubaran parlemen pada Rabu (3/9). Langkah ini diambil di tengah kekosongan kekuasaan yang melanda pemerintahan, berpotensi memicu pemilu baru dan memperpanjang ketidakstabilan di negara itu.
Melalui pernyataan resminya, Partai Pheu Thai yang dipimpin Phumtham menjelaskan bahwa keputusan ini diambil setelah partai oposisi terbesar, Partai Rakyat, menolak berkoalisi dan justru mendukung kandidat lain untuk memimpin pemerintahan. Partai Rakyat bahkan menyatakan siap memberikan 143 kursi parlemen kepada pengusaha konservatif Anutin Charnvirakul, dengan syarat parlemen dibubarkan dalam empat bulan.
Keputusan Phumtham langsung dipersoalkan secara hukum. Seorang anggota kubu Anutin melaporkannya atas dugaan penyalahgunaan wewenang. Sementara itu, seorang anggota parlemen lain menuduhnya melakukan pelanggaran royal karena mengajukan pembubaran parlemen kepada raja tanpa kewenangan yang jelas.
Menurut seorang ilmuwan politik dari Universitas Ubon Ratchathani, Titipol Phakdeewanich, pemilu baru mungkin menjadi jalan keluar terbaik. “Pemilu bisa menjadi solusi terbaik, karena sekarang hampir mustahil membentuk pemerintahan normal,” ujarnya kepada AFP.
Secara historis, Partai Pheu Thai telah menjadi kendaraan politik keluarga Shinawatra selama dua dekade, bersaing dengan elite pro-monarki dan pro-militer. Namun, posisi mereka kini melemah setelah Anutin dan Partai Bhumjaithai meninggalkan koalisi, dipicu sengketa perbatasan dengan Kamboja yang berujung pada pencopotan Paetongtarn Shinawatra sebagai perdana menteri.
Partai Rakyat, yang merupakan penerus Partai Move Forward, diprediksi akan kembali mengusung agenda reformasi hukum lese-majeste dan pengurangan pengaruh militer jika pemilu baru digelar. Seorang warga Bangkok, Itthirat Sutannachana (34), mengaku siap mendukung mereka. “Saya akan beri kesempatan pada wajah baru untuk melihat apakah mereka bisa melakukan sesuatu yang berbeda,” ujarnya.(*/cnni)
