Jakarta, SeputarSumut – Krisis kelaparan yang kian memburuk di tengah intensifikasi gempuran Israel memaksa ribuan warga Palestina melakukan eksodus massal dari Gaza City, utara Jalur Gaza, menuju ke selatan.
Citra satelit menjadi bukti visual eksodus warga Palestina ini, yang terjadi seiring militer Israel mengintensifkan serangan darat untuk merebut Gaza City.
Data Pengungsian dari Citra Satelit
Pergerakan pengungsi ini terlihat jelas dari penyusutan dramatis di kamp-kamp:
- Sheik Radwan: Dari 250 tenda pada 2 September, kini hanya tersisa kurang dari 50 per 15 September.
- Area Parkir Pasar: Menampung hampir 200 tenda pada 2 September, kini telah kosong sepenuhnya per 16 September.
- Jalan Salah Khalaf: Lokasi ini menampung lebih dari 125 tenda pada 2 September, namun sudah tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan per 15 September.
Pengungsi Palestina memadati Jalan Al Rashid, jalan utama di sepanjang pantai yang menghubungkan Gaza utara ke selatan. Berbagai jenis kendaraan, mulai dari mobil hingga gerobak, terlihat menyesaki jalur evakuasi ini.
Kondisi Selatan dan Dilema Warga
Laporan NBC News dari kelompok-kelompok bantuan memperingatkan bahwa Gaza selatan juga menghadapi kondisi mengerikan; krisis kelaparan melanda, dengan pasokan makanan dan obat-obatan yang langka.
Meskipun mengetahui kondisi di selatan, warga tidak memiliki banyak pilihan. Dilema ini menyebabkan sejumlah orang memutuskan untuk tetap tinggal di Gaza City.
Biro Pusat Statistik Palestina (PCBS) mencatat, sekitar 740.000 orang—atau 35 persen dari total populasi Gaza—masih bertahan di utara hingga Selasa (16/9). Namun, PCBS memperkirakan jumlah ini akan terus menurun karena serangan Israel yang brutal, memaksa warga mengungsi imbas hilangnya kebutuhan dasar.
“Kami akan terus bergerak. Ada orang sakit bersama kami dan kami tidak tahu harus ke mana. Tidak ada zona aman,” ujar Khalil Matar, warga yang mengungsi ke selatan, kepada Al Jazeera.(*/cnni)
