Jakarta – Sidang perkara dugaan suap dan perintangan penyidikan dengan terdakwa Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, diwarnai kericuhan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta Pusat, Kamis (24/4/2025).
Berdasarkan pantauan di lokasi, situasi memanas setelah hakim menskors sidang. Hasto yang saat itu tengah memberikan keterangan kepada media, tiba-tiba disusul ketegangan di area luar ruang sidang.
Sekitar pukul 12.20 WIB, sejumlah simpatisan Hasto yang mengenakan seragam Satgas PDIP Cakra Buana menuding beberapa orang yang hadir sebagai penyusup. Mereka lalu mendekati dan mengerumuni orang-orang yang dituduh, disertai dengan teriakan dan pelemparan botol plastik.
Petugas kepolisian yang berjaga segera mengamankan individu berpakaian putih yang dituding sebagai penyusup dari kepungan massa. Beberapa simpatisan bahkan mencoba mengikuti orang tersebut saat digiring aparat.
“Tolong kondusif! Tolong kondusif!” seru seorang petugas polisi yang berusaha menenangkan massa.
Guna meredakan ketegangan, aparat kemudian meminta seluruh simpatisan Hasto untuk meninggalkan area halaman gedung pengadilan.
Diketahui, selama persidangan berlangsung, dua kelompok massa melakukan aksi unjuk rasa di luar gedung PN Tipikor. Satu kelompok merupakan pendukung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sementara satu lainnya adalah simpatisan Hasto.
Dalam kasus ini, Hasto didakwa menghalangi proses penyidikan KPK terkait buronan Harun Masiku, eks calon anggota legislatif dari PDIP yang buron sejak 2020. Ia juga dituduh turut serta dalam memberikan suap senilai Rp600 juta kepada mantan Komisioner KPU Wahyu Setiawan.
Suap tersebut diberikan agar Wahyu membantu mengurus pergantian antar waktu (PAW) Harun Masiku sebagai anggota DPR periode 2019–2024. Hasto diduga terlibat bersama dua orang dekatnya, Donny Tri Istiqomah dan Saeful Bahri, serta Harun Masiku sendiri.
Saat ini, Donny telah ditetapkan sebagai tersangka meski belum menjalani proses hukum. Saeful Bahri telah divonis bersalah, sementara Harun Masiku masih berstatus buron hingga kini.(cnn)
