Jakarta – Korban jiwa akibat longsor di tambang batu alam di Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon diprediksi meningkat menjadi 25 orang.
Longsor terjadi pada hari Jumat (30/5) yang lalu. Sementara operasi pencarian dan penyelamatan yang dilaksanakan kemarin mencatat 14 korban sudah meninggal dan 11 orang lainnya masih dalam status hilang.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi kemudian memeriksa keadaan di lokasi penambangan tersebut. Ia menyatakan bahwa 11 korban yang hilang tersebut diperkirakan sudah tidak selamat.
“Ada sekitar 14 korban meninggal yang sudah ditemukan dan 11 korban diperkirakan meninggal dan belum ditemukan,” bebernya dalam unggahan di Instagram @dedimulyadi71, Sabtu (31/5).
Tidak ada keterangan resmi dari pihak SAR apakah 11 orang hilang itu dipastikan meninggal dunia atau tidak. Sejauh ini juga belum ada penegasan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cirebon atau stakeholder terkait yang bertanggung jawab di lapangan.
Jajaran Polda Jabar sebelumnya juga turut mencari 11 orang korban yang statusnya belum ditemukan tersebut. Nantinya, bakal dilanjutkan dengan proses identifikasi.
Di lain sisi, Dedi menegaskan dirinya siap bertanggung jawab atas biaya pendidikan anak-anak korban longsor Cirebon. Ia juga menegaskan kesanggupannya untuk menjadi ayah asuh.
“Saya juga sudah menengok salah satu korban, pedagang minuman. Seorang ibu, kemudian statusnya janda dan punya 4 orang anak. Dari 4 orang anak ini, 2 orang sudah menikah, 1 orang lagi persiapan untuk bekerja di Jepang, dan 1 orang masih status pelajar kelas 1 SMA,” tuturnya.
“Semoga peristiwa ini menjadi pembelajaran penting bagi kita bahwa siapa pun yang menjadi tuan harus mengelola usahanya dengan baik. Bertanggung jawab terhadap seluruh peristiwa yang terjadi,” tandas Dedi.
Longsor tambang di Cirebon telah ditetapkan sebagai peristiwa berstatus tanggap darurat bencana usai dikonsultasikan dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Status ini ditetapkan mengingat besarnya dampak terhadap kehidupan masyarakat sekitar.
Sementara itu, pihak kepolisian sudah menyelidiki bencana tersebut. Ada 6 saksi yang diperiksa polisi dalam penyelidikan ini.
Polisi menduga ada unsur kelalaian dalam kejadian tersebut. Pemilik tambang diduga tak mengikuti standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku serta tidak menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dalam melakukan penggalian.(sg/cnni)