Jakarta, SeputarSumut – Parlemen Nepal resmi dibubarkan menyusul serangkaian unjuk rasa anti-pemerintah yang berujung pada kerusuhan. Perdana Menteri sementara yang baru, Sushila Karki, telah dilantik, sementara Pemilihan Umum akan digelar pada 5 Maret 2026.
Pembubaran parlemen diumumkan oleh penasihat pers presiden, Kiran Pokharel, seperti dikutip kantor berita AFP pada Sabtu (13/9). Unjuk rasa yang dipimpin Gen Z ini bermula dari protes atas pemblokiran media sosial dan dengan cepat meluas menjadi kritik terhadap korupsi di kalangan elite politik.
Mantan Ketua Mahkamah Agung Nepal, Sushila Karki, kini menjabat sebagai Perdana Menteri sementara. Karki diusung oleh para demonstran Gen Z sebagai pilihan utama untuk memimpin negara, setelah aksi mereka berhasil menggulingkan Perdana Menteri sebelumnya, KP Sharma Oli.
Presiden Ram Chandra Paudel mengucapkan selamat kepada Karki setelah upacara pengambilan sumpah. “Selamat! Semoga Anda sukses, semoga negara ini sukses,” kata Paudel, seperti dilansir AFP pada Jumat (12/9).
Jumlah korban tewas dalam kerusuhan tersebut bertambah menjadi 51 orang. Pihak Kepolisian Nepal, dalam pernyataan terbaru pada Jumat (12/9), juga mengumumkan bahwa lebih dari 12.500 narapidana yang melarikan diri dari penjara di seluruh negeri masih buron.
Unjuk rasa berdarah ini terus memanas. Situasi semakin memburuk saat polisi melepaskan tembakan ke arah demonstran, menewaskan beberapa orang. Amnesty International menyatakan bahwa peluru tajam telah digunakan. Kemarahan massa semakin memuncak hingga terjadi pembakaran rumah pejabat dan gedung parlemen.
Meskipun PM Khadga Prasad Sharma Oli mengumumkan pengunduran diri pada Selasa (9/9), kemarahan warga tidak mereda. Militer Nepal akhirnya dikerahkan untuk mengendalikan situasi. Jam malam diberlakukan secara nasional dan pos-pos pemeriksaan didirikan di seluruh ibu kota Kathmandu. Pihak militer juga memperingatkan bahwa tindak kekerasan akan dihukum.
Hingga saat ini, 27 orang telah ditangkap terkait kekerasan dan penjarahan, dan 31 senjata api telah ditemukan. Banyak demonstran khawatir aksi mereka ditunggangi “penyusup,” sebuah klaim yang juga dilontarkan oleh militer Nepal.(*/dtk)

