Jakarta, SeputarSumut – Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba mengumumkan pengunduran dirinya pada Minggu (7/9), kurang dari setahun setelah menjabat. Keputusan ini diambil di tengah desakan dari dalam partainya sendiri, Partai Demokrat Liberal (LDP), yang dilanda krisis kepercayaan akibat hasil pemilu yang mengecewakan dan skandal korupsi.
Dalam konferensi pers, Ishiba, 68 tahun, menyatakan bahwa waktunya mundur sudah tepat setelah negosiasi tarif dengan Amerika Serikat mencapai kesimpulan. “Saya telah memutuskan untuk mundur dan memberi jalan bagi generasi berikutnya,” kata Ishiba.
Keputusan ini mengejutkan banyak pihak mengingat masa jabatannya sebagai pemimpin LDP seharusnya berakhir pada September 2027. Namun, laporan media menyebutkan bahwa Ishiba ingin menghindari perpecahan lebih lanjut dalam partai. Desakan untuk mundur semakin meningkat, terutama setelah hasil buruk dalam pemilu majelis tinggi pada Juli lalu.
Tekanan dari Internal Partai dan Skandal yang Memicu Kemarahan Publik
Beberapa pejabat senior LDP, termasuk Menteri Pertanian, seorang mantan perdana menteri, dan orang nomor dua di partai, Hiroshi Moriyama, dilaporkan telah mendesak Ishiba untuk mundur secara sukarela. Bahkan, mantan Perdana Menteri berpengaruh, Taro Aso, turut mendukung langkah tersebut.
Pengunduran diri ini terjadi di tengah gelombang kemarahan publik terhadap LDP. Masyarakat kini meninggalkan partai yang telah berkuasa hampir tanpa henti sejak tahun 1955. Beberapa faktor pemicunya adalah kenaikan harga, terutama beras, penurunan standar hidup, serta skandal korupsi yang mencuat di internal partai.
Seiring dengan mundurnya Ishiba, persaingan untuk memperebutkan kursi Perdana Menteri pun memanas. Salah satu pesaing utama Ishiba, Sanae Takaichi, seorang nasionalis garis keras, telah menyatakan niatnya untuk mencalonkan diri sebagai pemimpin LDP berikutnya.(*/cnni)
