Medan – Khemacaro, Ketua Umum Sangha Agung Indonesia dalam pesan waisaknya menyatakan kemajuan suatu bangsa tidak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah, tetapi juga pada kontribusi setiap individu sebagai warga negara.
Setiap individu memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun bangsa yang berprinsip pada kebhinnekaan. Dengan menjunjung tinggi nilai toleransi, gotong royong dan kepedulian sosial, kita dapat menciptakan lingkungan yang harmonis dan produktif.
Beliau mengingatkan Waisak juga bukan hanya sekadar perayaan tiga peristiwa nan agung; kelahiran Maha Bodhisatwa Siddhartha di Taman Lumbini, pencapaian pencerahan sempurna Samana Gotama menjadi Buddha Sakyamuni di Bodhgaya, dan Mahaparinirwana Buddha Sakyamuni di Kusinara.
Namun pada saat berkumpul dalam perayaan Waisak , Umat Buddha juga dapat mengingat kembali tentang makna kebersamaan dalam kemajemukan budaya, suku, ras, golongan dan kepribadian. Kemajemukan yang beragam ini selayaknya mendorong Umat Buddha senantiasa mengembangkan dan menanamkan cinta kasih, toleransi, dan semangat gotong royong dalam kehidupan sehari-hari.
Waisak mengingatkan bahwa kesejahteraan bersama hanya bisa terwujud jika semuanya saling mendukung dan bekerja sama.
Dalam Sigalovada Sutta, Sang Buddha menekankan pentingnya sikap saling menghormati dan menjaga nilai-nilai kebajikan dalam hubungan sosial agar masyarakat dapat hidup dalam damai dan harmoni (D.III.180-193).
Khemacaro mengungkapkan tema Waisak tahun ini mengusung, “Semangat Kebersamaan untuk Indonesia Maju,” yang mengajak Umat Buddha bersama umat lainnya untuk membangun bangsa dengan semangat gotong royong, toleransi, dan penghargaan terhadap perbedaan. Indonesia, dengan keberagaman budaya, suku, agama, ras dan golongan, merupakan anugerah yang harus dirawat dengan semangat kebersamaan menuju persatuan.
Kebersamaan dalam keberagaman adalah bagian dari kebenaran universal yang diajarkan Sang Buddha dan sejalan dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi dasar persatuan bangsa.
Kehidupan modern yang penuh tantangan, mengharuskan bangsa ini untuk memberikan dukungan aktif tentang pentingnya kehidupan dan hubungan sosial. Buddha mengajarkan umat manusia untuk senantiasa menciptakan kebahagiaan yang terbebas dari kebencian dan permusuhan (Metta Sutta, Sn.150).
Semangat Waisak mengajarkan untuk menjaga toleransi dan harmoni dengan saling menghormati dan memahami perbedaan, bersama-sama membangun Indonesia dengan kerja keras, kejujuran, dan integritas, serta mengembangkan moralitas (sīla) dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi pribadi yang membawa kebaikan bagi masyarakat.
Serta juga mengajak untuk meningkatkan kebijaksanaan dalam melihat perbedaan sebagai kekuatan, bukan sebagai penghalang.
Perbedaan bukanlah hal yang harus dipertentangkan, melainkan sebuah ekspresi dari keberagaman alam semesta yang harmonis. Semangat kebersamaan semakin dibutuhkan untuk menghadapi perubahan dan mencapai kemajuan.
Oleh karena itu, dalam semangat Buddhayana, Umat Buddha dalam momentun Waisak diajak untuk melihat setiap makhluk dengan cinta kasih (mettā), memberikan manfaat bagi sesama (karuṇā), serta mengembangkan kebijaksanaan (paññā) yang tidak membeda-bedakan. Buddha mengajarkan bahwa dhamma sesungguhnya hanya satu, tak mendua; bagaikan air samudra, satu rasa (Ud.56).
Indonesia maju bukan hanya ditentukan oleh pembangunan fisik, tetapi juga oleh karakter dan moralitas berbangsa dari masyarakatnya. Oleh karena itu, nilai-nilai luhur dalam ajaran Buddha, perlu terus diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.(Siong/REL)