Jakarta, SeputarSumut – Amerika Serikat (AS) secara resmi telah mencabut visa Presiden Kolombia, Gustavo Petro, tak lama setelah ia bergabung dengan ribuan peserta unjuk rasa pro-Palestina yang digelar di dekat markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York.
Langkah tegas ini diumumkan langsung oleh Kementerian Luar Negeri AS. Melalui akun X resminya, @statedept, Kemlu AS menyebut pencabutan visa tersebut dilakukan karena tindakan Petro dinilai “gegabah dan menghasut”.
“Hari ini, Presiden Kolombia berdiri di Jalan New York City dan mendesak tentara AS untuk tak mematuhi perintah dan menghasut kekerasan,” demikian pernyataan Kemlu AS pada hari ini, Sabtu (27/9).
Mereka melanjutkan, “Kami akan mencabut visa Petro karena tindakan yang gegabah dan menghasut.”
Meski demikian, Kementerian Luar Negeri AS tidak memberikan rincian spesifik mengenai dugaan pelanggaran yang secara gamblang dilakukan oleh Gustavo Petro.
Namun, kabar pencabutan visa ini mencuat setelah rekaman yang beredar luas di berbagai platform media sosial menunjukkan pemimpin Kolombia tersebut bergabung dengan ribuan pengunjuk rasa pro-Palestina. Massa tersebut berkumpul untuk menyatakan solidaritas bagi warga Gaza, tepat di luar markas PBB pada hari Jumat.
Kritik Keras ke Donald Trump di Sidang Umum PBB
Pencabutan visa ini menambah ketegangan hubungan, mengingat sehari sebelumnya, dalam pidato di Sidang Majelis Umum PBB, Presiden Petro juga melontarkan kritik tajam yang ditujukan kepada Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Petro secara eksplisit menyebut Trump sebagai “kriminal”. Tuduhan tersebut dilontarkan karena ia menuding banyak anak muda miskin yang tak bersenjata tewas dalam serangan yang diduga didalangi oleh presiden AS itu. Diketahui, belasan orang tewas dalam serangan terhadap kapal di lepas pantai Venezuela.
Lebih lanjut, Presiden Kolombia tersebut juga secara terbuka meminta agar Presiden AS tersebut harus diselidiki. Penyelidikan perlu dilakukan atas dugaan pemberian perintah kepada pasukan AS untuk menargetkan anak-anak muda yang sedang berusaha keluar dari garis kemiskinan.
Menyebut Trump Kaki Tangan Genosida
Dalam pidatonya, Petro juga tak ragu menyebut Trump sebagai “kaki tangan genosida” karena dianggap membiarkan Israel terus melancarkan agresi militer besar-besaran di Gaza.
“Dia membiarkan rudal diluncurkan ke anak-anak, remaja, perempuan, dan lansia di Gaza. Trump adalah kaki tangan genosida. Karena itu genosida harus diteriakkan berkali-kali,” ujar Petro dengan nada tegas.
Sebagai informasi, Amerika Serikat merupakan salah satu sekutu terdekat Israel. Selama agresi brutal yang terus berlangsung di Palestina, AS tetap menjadi pemasok bantuan utama bagi pemerintahan Benjamin Netanyahu.(*/cnni)
