Jakarta – Mahkamah Konstitusi (MK) Thailand telah menangguhkan kekuasaan Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra akibat kontroversi percakapan teleponnya dengan mantan PM Kamboja, Hun Sen, yang terungkap ke publik.
Melansir CNNIndonesia, sebanyak tujuh dari sembilan hakim di MK Thailand memutuskan untuk memenuhi permintaan sekelompok senator yang meminta agar Paetongtarn ditangguhkan untuk sementara waktu.
Pengajuan tersebut diinisiasi oleh 36 senator dari kalangan konservatif yang meminta MK untuk menyelidiki percakapan telepon antara Paetongtarn dan Hun Sen yang telah memicu kemarahan publik. Dalam proses penyelidikan tersebut, mereka meminta agar perdana menteri diskors.
Percakapan telepon antara Paetongtarn dan Hun Sen membuat rakyat Thailand merasa geram karena Paetongtarn terdengar mengecam militer negara tersebut.
Selain itu, ia juga tampak merendahkan negaranya sendiri dengan menunjukkan sikap yang terlalu tunduk terhadap Hun Sen.
Setelah Paetongtarn dinonaktifkan, jabatan perdana menteri sementara kini diisi oleh Wakil Perdana Menteri serta Menteri Transportasi, Suriya Juangroongruangkit.
Politisi berusia 70 tahun ini telah terjun ke dunia pemerintahan sejak tahun 1990-an.
Dia pernah memegang berbagai posisi menteri dalam beberapa pemerintahan dan memiliki pengalaman panjang dalam politik Thailand, termasuk bersama partai pendahulu Pheu Thai, partai yang saat ini berkuasa.
Paetongtarn tetap berada dalam kabinet, karena pada hari Senin, kerajaan memberikan persetujuannya terkait pembentukan kabinet baru yang juga mencakup Paetongtarn sebagai menteri kebudayaan Thailand.
Sementara itu, Paetongtarn juga diberikan waktu 15 hari untuk memberikan tanggapannya kepada MK melalui klarifikasi tertulis, seperti yang dilaporkan oleh Bangkok Post.
Paetongtarn menerima keputusan MK
Setelah mendengar hasil keputusan MK, Paetongtarn mengungkapkan bahwa ia menerima putusan tersebut.
Ia juga mengaku telah menghubungi Hun Sen untuk mencegah terjadinya konflik yang lebih dalam dengan Kamboja.
“Saya hanya memikirkan cara untuk mencegah bentrokan dan korban. Saya bersikeras bahwa saya tidak memiliki niat buruk,” kata Paetongtarn.
“Saya minta maaf jika pendekatan yang saya ambil memuaskan dan tidak memuaskan banyak orang,” lanjutnya.
Percakapan telepon Paetongtarn dengan Hun Sen sendiri berlangsung pada 15 Juni lalu usai Thailand dan Kamboja tegang di perbatasan.
Kedua negara itu tegang setelah seorang tentara Kamboja tewas ketika pasukan terlibat baku tembak di wilayah sengketa yang dikenal sebagai Segitiga Zamrud Mei lalu. Wilayah itu adalah tempat di mana perbatasan Kamboja, Thailand, dan Laos bertemu.
Ketegangan kedua negara ini terus berlanjut hingga Kamboja memutuskan membatasi impor bahan bakar dan menyetop impor buah-buahan serta sayur Thailand. Kamboja juga melarang penayangan acara TV dan film dari negara tetangganya itu.
Sebagai balasan, Thailand pun menutup semua perbatasannya dengan Kamboja dan memperpendek visa warga Kamboja.(cnni)

