Deli Serdang – Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan dr Sofyan Tan melanjutkan bakti sosial (baksos) Peringatan Bulan Bung Karno bersama Universitas Katolik (Unika) Santo Thomas dan Universitas Mandiri Bina Prestasi (UMBP).
Kali ini baksos diselenggarakan di dua titik pedesaan yakni Desa Ujung Labuhan, Namo Mbelin, Kecamatan Namorambe dan Desa Selamat, Kecamatan Biru-Biru, Deli Serdang, Sabtu (21/6).
Sofyan Tan menyampaikan Baksos Peringatan Bulan Karno saat ini bertepatan dengan hari wafatnya sang proklamator, Presiden Indonesia pertama Ir. Soekarno pada 21 Juni 1970.
Dia mengungkapkan Soekarno meninggal dalam masa pengasingan oleh rezim pemerintahan orde baru. Tidak ada yang menjenguk dan tidak ada dokter terbaik yang merawatnya selama di pengasingan hingga meninggal dunia.
Bahkan Soekarno juga tidak dimakamkan di taman makam pahlawan Jakarta. Atas perintah penguasa saat itu, Bung Karno dimakamkan di Blitar Jawa Timur. Sebuah desa yang jauh dari pusat pemerintahan dimana rumah-rumah sekeliling pemakaman menurut penuturan Megawati Soekarnoputri masih sangat sederhana sekali. Itu semua dilakukan agar makamnya jauh dari para pengikut dan pengagum Soekarno.
Namun hal itu tidak membuat surut para pengagum dan pengikut Bung Karno. Blitar berubah menjadi daerah tujuan wisata sejarah dan religi. Selalu ramai dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara. Karena Bung Karno sebagai presiden tidak meninggalkan harta, tapi meninggalkan sebuah dasar negara yang hingga kini menjadi pedoman hidup bangsa yang majemuk untuk tetap bersatu tidak berpecah belah yakni Pancasila.
“Bung Karno tidak meninggalkan harta, tapi mewariskan Pancasila untuk kita. Tidak seperti mantan presiden dari negara Konoha,” kata Sofyan Tan.
Sofyan Tan berpesan, melakukan Peringatan Bulan Bung Karno sangat penting untuk kembali mengingat sejarah bangsa serta menyebar-luaskan pemikiran Bung Karno di tengah masyarakat. Agar masyarakat paham bahwa pendiri bangsa sudah memberikan payung sebagai pelindung dan jalan hidup bagi bangsa melalui Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Bahwa Indonesia yang terdiri dari ribuan suku tersebar di banyak pulau dengan agama yang beragam sangat potensial dipecah-belah. Karena itu selain Pancasila sebagai dasar negara, Bung Karno sangat ingin rakyat Indonesia mendapatkan kesempatan yang sama untuk bersekolah dan meraih pendidikan tinggi berkualitas. Sehingga tidak bisa lagi diadu-domba, dihasut dan dijajah kembali.
Untuk itulah, dirinya sebagai Anggota Komisi X DPR RI yang salah satunya membidangi pendidikan, punya tekad selama menjadi anggota dewan, tidak ada anak-anak dari keluarga miskin yang putus sekolah karena biaya dan tidak ada anak keluarga miskin yang tidak bisa berkuliah. “Untuk itulah saya selalu turun ke bawah untuk membagikan PIP dan KIP Kuliah ke pelosok-pelosok desa,” ujarnya.
Suatu saat, Sofyan Tan yakin akan lahir para calon pemimpin bangsa, calon anggota DPR, calon presiden dari desa-desa yang ada di Biru-Biru, Namorambe dan sebagainya. Calon-calon pemimpin yang akan menggantikan dirinya untuk membantu rakyat miskin tetap mendapatkan pendidikan gratis yang berkualitas. Agar nasib hidup keluarga berubah menjadi lebih baik.
“Suatu saat, anak-anak saya yang sudah saya kuliahkan, dari pelosok-pelosok desa, akan menjadi pemimpin, calon anggota DPR yang akan menggantikan saya. Akan lahir calon presiden dari desa ini,” tegas Sofyan Tan sambil memperkenalkan salah satu anak asuhnya Wilda Ginting, anak dari Desa Selamat, Namorambe yang kini kuliah di UMBP Medan.(Siong)
